Pelayananpublik.id- Indonesia memutuskan untuk menyetop sementara impor barang dari China khsususnya makanan.
Hal ini untuk mencegah masuknya virus Corona ke Indonesia melalui makanan-makanan impor tersebut.
Virus Corona telah menjadi momok menakutkan selama beberapa hari belakangan ini. Jumlah korban terinfeksi Virus Corona masih terus bertambah. Orang yang telah terinfeksi pun sudah menembus 17 ribu orang di seluruh dunia dengan mayoritas kasus berada di China.
Berdasarkan peta Gis And Data pada Senin malam (3/2/2020), orang yang terinfeksi virus ini mencapai 17.485, korban meninggal 362 orang dan pasien sembuh 506 orang.
Jumlah penderita terbanyak berada di China Daratan, yakni 17.302 orang terinfeksi Virus Corona. Negara kedua dengan kasus terbanyak adalah di Jepang dengan 20 pasien.
Indonesia termasuk negara yang mengimpor banyak hal dari China mulai dari makanan, pakaian, mesin dan otomotif.
Menghindari kemungkinan infeksi Virus Corona, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia akan memoratorium impor dari negeri tirai bambu tersebut.
Keputusan ini pun akan difinalkan hari ini setelah hasil rapat koordinasi terakhir keluar.
Rencana moratorium impor akan diberlakukan untuk barang konsumsi. Begitu juga dengan produk hewan dan barang holtikultura.
“Barang yang terkait konsumsi,” kata Ketua Umum Partai Golkar itu.
Namun untuk kepastiannya, hari ini. Sementara itu produk berupa mesin dan otomotif tidak akan terdampak moratorium impor dari China.
Selain jenis komoditas impor, pemerintah akan mengumumkan beberapa kebijakan terkait dengan keimigrasian. Namun, Airlangga masih enggan membeberkan terkait rencana kebijakan tersebut.
Dia menyebut ada beberapa faktor yang dipertimbangkan karenaa beberapa industri akan ikut terdampak. Industri manufaktur juga ikut terdampak selain pariwisata. Ada sentimen dan keperluan bahan baku yang menyebabkannya.
Salah satu alternatif yang ditawarkan untuk sektor pariwisata, pemerintah akan mendorong wisatawan dalam negeri. Katanya, saat ini insentif bagi industri pariwisata belum jadi prioritas.
“Sekarang, bukan terkait insentif, ini kan terkait dengan virus outbreak,” pungkasnya. (*)
Sumber: Liputan6