POP 3 Tahun: Transformasi Pendidikan Indonesia Melalui Merdeka Belajar dan Inovasi Ormas

Pelayananpublik.id- Seiring berakhirnya Program Organisasi Penggerak (POP) setelah tiga tahun pelaksanaan, apresiasi pun mengalir deras atas terobosan dan transformasi luar biasa yang telah dicapai. Melalui Episode 4 Merdeka Belajar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbudristek) berhasil melibatkan organisasi masyarakat (ormas) di bidang pendidikan, membawa perubahan signifikan dalam upaya mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs) keempat, Pendidikan Berkualitas.

Simposium POP 2023, yang berlangsung di Jakarta pada 24 November, menjadi panggung untuk merayakan keberhasilan program ini. Direktur Pendidikan Profesi dan Pembinaan GTK Kemendikbudristek, Nunuk Suryani, menyampaikan hasil positif dari program ini. “Evaluasi dampak POP memberikan informasi menggembirakan tentang perubahan yang signifikan pada lingkungan belajar, hasil belajar, dan karakter peserta didik,” ungkap Nunuk Suryani.

Rachmadi Widdiharto, Direktur Guru Pendidikan Dasar, menyoroti fokus POP pada peningkatan kompetensi fundamental peserta didik, seperti literasi, numerasi, dan penguatan karakter. “Dalam perjalanan pelatihan dan praktik baik, 7.300 satuan pendidikan dan 50.000 guru serta kepala sekolah turut menerima manfaat program pendampingan,” kata Rachmadi.

bank sumut selamat hari raya idul fitri

Hasil studi kuantitatif dan kualitatif menunjukkan peningkatan yang signifikan, terutama dalam Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) literasi dan numerasi. “Survei karakter dan lingkungan belajar pada SD dan SMP sasaran POP juga menunjukkan peningkatan yang signifikan,” tambahnya.

Apresiasi dari ormas mitra POP juga turut memeriahkan keberhasilan program ini. Irawan, Ketua Yayasan Nurhidayah Dayah, mengungkapkan bahwa POP bukan sekadar program, tetapi juga menjadi jembatan sinergi antar pelaku pendidikan di daerah. “Semua daerah sasaran intervensi, terutama para pendidik penerima manfaat program, memiliki beragam skema untuk peningkatan kompetensi pembelajaran yang lebih berkualitas,” ujar Irawan.

Dr. Jamal, yang mewakili Yayasan Akselerasi Islami Siswa Indonesia, menegaskan bahwa POP menciptakan kolaborasi positif antara pemerintah, ormas, dan sekolah. “Terimakasih banyak untuk Kemendikbudristek, Program Organisasi Penggerak ini mewujudkan kolaborasi positif dan memotivasi peserta untuk merayakan merdeka belajar,” ungkapnya.

Tidak hanya sukses dalam konteks pendidikan, POP juga menjadi peluang bagi peserta di daerah dengan tantangan geografis yang sulit. Fakhrul Roji, Ketua Forum Indonesia Menulis Kalimantan Barat, menyampaikan kisah unik di lapangan tentang semangat peserta POP. “Dengan kondisi geografis yang tidak mudah, dan beberapa daerah yang rentan banjir, menjadi saksi kebahagiaan di kalangan peserta terpilih sebagai peserta intervensi,” katanya.

Praktik baik dari ormas mitra POP, seperti Yayasan Indonesia Mengabdi, juga menunjukkan dampak positif. Yusri, ketua programnya, menyampaikan bagaimana pelatihan penguatan karakter berhasil mengubah persepsi guru terhadap perilaku kekerasan. “Dengan pendekatan untuk menerapkan disiplin dari dalam diri anak tanpa kekerasan, dampaknya terlihat dari nilai penguatan karakter peserta didik, seperti berbicara sopan dan tanggungjawab pribadi,” tutur Yusri.

Yanti KerLiP, Ketua Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan, menyampaikan apresiasi tinggi kepada Kemendikbud, khususnya Ditjen GTK, yang telah mendukung 133 Ormas POP dalam memperluas dampak praktik baik di wilayah masing-masing. “Semoga semangat gotong royong untuk tumbuh bersama demi kepentingan terbaik anak ini terus menguat dalam upaya mencapai target SDGs 2030 keempat, yakni pendidikan berkualitas,” harap Yanti.

Sebanyak 88 dari 133 Ormas POP sepakat untuk membentuk asosiasi, menjunjung tinggi semangat bersama Kemendikbudristek dalam memastikan hak atas pendidikan dan perlindungan anak di Indonesia terpenuhi secara merata dan berkeadilan. Program Organisasi Penggerak bukan hanya program pendidikan, melainkan simbol perubahan positif dalam dunia pendidikan Indonesia.