Indonesia Dilanda Panas Menyengat, Ternyata Ini Penyebabnya

Pelayananpublik.id- Beberapa hari belakangan ini daerah di Indonesia mengalami cuaca panas yang sangat menyengat baik di siang ahri maupun malam hari.

Kenaikan suhu udara di Indonesia disebut terjadi sejak April 2023.

Hal itu berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

bank sumut selamat hari raya idul fitri

Suhu rata-rata bulan April 2023 dilaporkan naik 0,2 derajat Celcius.

“Berdasarkan analisis dari 117 stasiun pengamatan BMKG, suhu udara rata-rata bulan April 2023 adalah sebesar 27,1 °C. Normal suhu udara klimatologis untuk bulan April periode 1991-2020 di Indonesia adalah sebesar 26,9 °C (dalam kisaran normal 20,1 °C – 29,1 °C),” jelas BMKG dalam keterangan di situs resmi, dikutip Senin (22/5/2023).

“Berdasarkan nilai-nilai tersebut, anomali suhu udara rata-rata pada bulan April 2023 menunjukkan anomali positif dengan nilai sebesar 0,2 °C,” tambah BMKG.

Disebutkan juga anomali suhu udara Indonesia pada bulan April 2023 ini merupakan nilai anomali tertinggi ke-7 sepanjang periode data pengamatan sejak 1981.

Menurut lembaga tersebut, anomali suhu udara per stasiun lebih tinggi dari rata-rata klimatologis. Nilai maksimumnya tercatat di stasiun klimatologi Banten dan sebaliknya minimum berada di Kalimantan Timur.

“Secara umum di wilayah Indonesia, anomali suhu udara rata-rata per-stasiun pada bulan April 2023 menunjukkan nilai anomali positif atau lebih tinggi dari rata-rata klimatologisnya. Anomali maksimum tercatat di Stasiun Klimatologi Banten (1,2 °C), sedangkan anomali minimum tercatat di Stasiun Meteorologi Aji Pangeran Tumenggung Pranoto, Kalimantan Timur (-1,0 °C),” kata BMKG.

Kenaikan juga terjadi dari bulan April dibandingkan bulan Maret 2023. Peningkatan tertinggi terjadi di Riau sebesar 1,5 derajat Celcius dan penurunan terendah di Maluku Tenggara Barat (-0,7 derajat celcius).

BMKG juga menyebutkan ada kombinasi El Nino dan IOD Positif. Keadaan ini akan terjadi semester II-2023 yang akan membuat curah hujan berkurang di sebagian wilayah Indonesia, bahkan di bawah normal dari biasanya.

Sementara itu, BMKG juga menjelaskan terdapat kombinasi gelombang ekuator antar MJO, gelombang tipe Low Frequency, gelombang Kelvin, dan Rossby Ekuator dalam periode yang sama. Kejadian ini juga akan terjadi pada wilayah yang sama Samudera Hindia Sumatra bagian utara, Aceh, Selat Malaka, Laut China Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, Papua, dan Laut Arafura.

Bibit Siklon Tropis juga disebutkan akan terjadi di Samudera Hindia sebelah barat Sumatra bagian utara, Aceh, Selat Malaka, Laut China Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, Papua, dan Laut Arafura.

Selain itu Bibit Siklon Tropis 91S di Samudera Hindia sebelah barat Bengkulu dan bibit siklon tropis 91B di Samudera Hindia sebelah barat laut Aceh. Ini akan membuat curah hujan di pesisir Barat Sumatra.

Di Selat Makassar dan Samudera Pasifik utara Papua yang terdeteksi adanya sirkulasi siklonik. Ini akan membentuk daerah perlambatan kecepatan angin atau konvergensi memanjang dari Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, selat Makassar hingga Kalimantan Selatan. Termasuk dari Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku Utara hingga Samudera Pasifik Timur Fillipina.

Dari pantauan 699 zona musim (ZOM) di wilayah Indonesia, ada sebanyak 9% (65 ZOM) masuk periode musim kemarau. Selain itu ada juga 75% wilayah ZOM lainnya (521 ZOM) masih musim hujan.

Untuk wilayah yang mengalami musim kemarau adalah wilayah Aceh bagian timur, Sumatra Utara bagian timur, Riau bagian selatan, sebagian kecil Nusa Tenggara, Gorontalo bagian selatan, Sulawesi Tengah bagian timur, Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara bagian selatan, sebagian Kepulauan Maluku, dan sebagian Maluku Utara.

“Diperkirakan, 22% wilayah lainnya akan memasuki musim kemarau pada bulan Mei, dan 22% berikutnya pada bulan Juni. Sementara itu, sejumlah 16% (113 ZOM) lainnya merupakan wilayah yang mengalami musim hujan atau musim kemarau sepanjang tahun (bertipe satu musim),” jelas BMKG. (*)