Pelayananpublik.id- Ekosistem gambut di Indonesia belum lepas dari kerusakan dan pencemaran. Faktanya sebanyak 83,4 persen ekosistem gambut rusak.
Hal itu terungkap dalam pemaparan yang disajikan Ditjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sigit Reliantoro.
Ia menyebut kerusakan itu terbagi ke dalam empat level yakni ringan, sedang, berat dan sangat berat.
” Dari total 24.231.720 hektare lahan gambut, hanya 4.024.285 hektare (16,61 persen) yang statusnya tidak rusak. Sementara, 15.859.960 ha atau 65,45 persen rusak ringan, 3 086.654 ha atau 12,74 persen rusak sedang, 1.053.886 ha atau 4,35 persen rusak berat dan 206.935 ha atau 0,85 persen rusak sangat berat,” ungkapnya dikutip dari CNN Indonesia, Rabu (20/7).
Kerusakan ekosistem gambut, kata dia, dapat terjadi pada ekosistem dengan fungsi lindung dan budi daya.
Ekosistem gambut dengan fungsi lindung dinyatakan rusak apabila terdapat drainase buatan, tereksposnya sedimen berpirit atau kwarsa di bawah lapisan gambut dan terjadinya pengurangan luas lahan.
“Sementara ekosistem gambut dengan fungsi budi daya dinyatakan rusak apabila muka air tanah di lahan gambut lebih dari 0,4 m di bawah permukaan laut dan tereksposnya sedimen berpirit di bawah lapisan gambut,” jelasnya.
Langkah pemulihan KLHK
Terlait itu, pihaknya akan memulihkan ekosistem gambut di areal hutan tanaman industri dan perkebunan sawit.
Pada areal hutan, pihaknya mengklaim akan memperbaiki fungsi hidrologis ekosistem gambut dan melakukan pemulihan vegetasi.
“Pada areal hutan KLHK juga akan perbaikan fungsi hidrologis ekosistem gambut,” kata dia.
Selain itu, KLHK juga mempunyai program Desa Mandiri Peduli Gambut. Lewat program itu, pihaknya menargetkan 69 desa dapat berpartisipasi dalam pemulihan gambut.
“Progres sebanyak 10 desa di Provinsi Jambi sudah dilakukan rekrutmen dan pelatihan fasilitator desa hingga penyusunan rencana kerja masyarakat,” ucapnya.
Diketahui, kerusakan gambut dianggap sebagai salah satu penyebab bencana hidrometeorogi. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyebut gambut punya fungsi menyerap air yang bagus. Sehingga, ketika musim hujan potensi banjir semestinya bisa ditekan dengan itu. (*)