Hati-hati, Ini Mitos Soal Omicron yang Beredar di Masyarakat

Pelayananpublik.id– Kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia terus bertambah. Meski sebagian besar hanya bergejala ringan, Omicron tetap harus diwaspadai.

Namun penelitian mengenai Omicron yang mengatakan bahwa penyakit itu tidak seberat varian sebelumnya, membuat orang menjadi lengah.

Perlu diketahui, meski digadang sebagai varian yang lebih ringan, dampak dari kemunculan varian Omcron mulai terasa signifikan. Di Illinois misalnya, varian Omicron menyebabkan lebih dari 31 ribu kasus baru dalam sehari.

hari jadi pelayanan publik

Negara bagian di Amerika Serikat tersebut juga kembali mencetak rekor baru setelah kemunculan varian Omicron. Tercatat ada 7.380 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit dengan jumlah kematian harian sebesar 142 kasus.

Terkait itu, ahli kesehatan asal Illinois, dr Mark Loafman menyebutkan beberapa mitos mengenai Omicron yang sebaiknya tidak dipercaya. Adapun beberapa mitos tersebut adalah sebagai berikut:

1. Infeksi Ringan

Memang, pada studi awal ditemukan bahwa varian Omicron umumnya tak menyebabkan sakit yang berat. Akan tetapi, tetap ada kelompok masyarakat yang bisa mengalami sakit bergejala berat bila terinfeksi varian Omicron.

“Anda mungkin beruntung dan tidak mengalami sakit berat, tapi kemungkinan yang baik hanya terjadi bila Anda muda, sehat, dan telah divaksinasi,” jelasnya dikutip dari Republika Online, Selasa (18/1/2022).

Orang-orang yang terinfeksi varian Omicron bukan hanya orang yang muda, sehat, atau sudah divaksinasi. Dr Loafman menemukan cukup banyak kasus berat di mana pasien harus dirawat selama beberapa pekan di rumah sakit, lalu kemudian mengalami long Covid setelah pulih. Kasus seperti ini umumnya dialami oleh pasien yang belum divaksinasi.

2. Terinfeksi Agar Kebal

Mitos lain terkait Omicron adalah anggapan tidak apa terinfeksi agar terbentuk kekebalan tubuh terhadap Covid-19.

Padahal cara ini jauh lebih berisiko dibandingkan mendapatkan kekebalan dari vaksin.

Imunitas alami yang didapatkan dari riwayat infeksi Covid-19 umumnya hanya bertahan selama beberapa bulan saja. Dengan kata lain, pernah terkena Covid-19 tidak membuat seseorang menjadi kebal dari penyakit tersebut untuk selamanya. Beberapa pasien Dr Loafman bahkan ada yang terinfeksi Covid-19 sebanyak tiga kali.

3. Menciptakan Kekebalan Kelompok

Para ahli mengungkapkan bahwa terciptanya kekebalan kelompok atau herd immunity hanya akan menjadi mimpi selama cakupan vaksinasi di dunia tidak meluas.

Hal ini dikarenakan virus terus memperbanyak diri dan bermutasi dengan cepat. Sebagian akibat dari mutasi ini membuat varian baru menjadi lebih menular seperti Omicron.

Penyakit seperti campak, cacar air, dan polio disebabkan oleh virus yang sangat stabil. Oleh karena itu, sekali terbentuk imunitas maka seseorang akan terlindungi. Akan tetapi, Covid-19 tak bekerja seperti itu. Virus penyebab Covid-19 terus bermutasi dan imunitas yang terbentuk justru akan memudar.

3. Aman Karena Sudah Vaksin

Vaksin membantu orang untuk meringankan sakit ketika terinfeksi Covid, bukan berarti langsung kebal 100 persen.

Tujuan utama vaksinasi dan pemberian booster adalah untuk menurunkan risiko sakit berat, perawatan di rumah sakit, dan kematian akibat Covid-19. Dengan begitu, rumah sakit dapat terhindar dari beban akibat adanya lonjakan pasien.

Jadi walau Anda sudah mendapatkan vaksin bahkan sampai booster, Anda harus tetap menjaga protokol kesehatan dengan ketat. (*)