Bandara Kualanamu Dikelola Perusahaan India-Prancis, AP II: Bukan Jual Aset

Pelayananpublik.id- Pengelolaan Bandara Kualanamu atau Kuala Namu International Airport (KNIA) Sumatera Utara diambilalih GMR Airports Consortium yang merupakan perusahaan patungan asal India dan Prancis.

Perusahaan konsorsium tersebut terdiri atas GMR Group asal India dan Aéroports de Paris Group (ADP) asal Prancis. Pengelolaan tersebut dikategorikan sebagai kerja sama kemitraan strategis.

Direktur Transformasi dan Portofolio Strategis AP II Armand Hermawan menjelaskan kemitraan strategis ini merupakan pemgelolaan dan pengembangan Bandara Kualanamu, bukan penjualan saham atau aset.

bank sumut selamat hari raya idul fitri

“Tidak ada penjualan aset atau penjualan saham Bandara Internasional Kualanamu. Kepemilikan Bandara Internasional Kualanamu beserta asetnya 100 persen tetap milik AP II,” ujarnya dikutip dari Bisnis, Jumat (26/11/2021).

Perusahaan pengelola itu, kata dia, hanya akan menyewa aset kepada AP II untuk dikelola selama 25 Tahun.

Jadi setelah periode kerja sama berakhir, JVCo tidak berhak lagi mengelola Bandara Internasional Kualanamu dan semua aset hasil pengembangan akan dikembalikan kepada AP II.

Kemitraan dapat dianggap seperti perjanjian sewa menyewa dengan para tenant di terminal Bandara.

Ia juga menjelaskan GMR Airports Consortium sendiri dipilih menjadi mitra strategis setelah melalui serangkaian proses tender secara profesional dan transparan.

Adapun PT Angkasa Pura II (Persero) dengan GMR Airports Consortium membentuk Joint Venture Company (JVCo) yakni PT Angkasa Pura Aviasi untuk mengelola dan mengembangkan Bandara Internasional Kualanamu. AP II sebagai pemegang saham mayoritas dengan menguasai 51 persen saham di PT Angkasa Pura Aviasi, sementara GMR Airports Consortium memegang 49 persen saham.

Sementara itu, Juru Bicara Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan dengan kerjasama tersebut, PT Angkasa Pura II (AP II) mendapatkan total keuntungan hampir Rp58 triliun.

Adapun keuntungan itu yang pertama diperoleh dari GMR sebesar Rp1,58 triliun dan selebihnya keuntungan dari pemghematan biaya pengelolaan yang seharusnya dikeluarkan yakni sebesar Rp56 triliun yang mestinya dikeluarkan dari pembangunan dan pengembangan Kualanamu.

Selama kontrak berlangsung, lanjutnya, komposisi saham yang dimiliki anak usaha APII, PT Angkasa Pura Aviasi, menjadi 51 persen dan GMR 49 persen.

“Jadi aset tersebut tetap milik AP II, bukan dijual asetnya. Jadi, keliru kalau mengatakan terjadi penjualan aset,” pungkasnya. (*)