Ekonomi Sulit, DKPP Sebut Masyarakat Mudah Tergoda Serangan Fajar

Pelayananpublik.id- Momen Pilkada merupakan momen yang ditunggu bagi sebagian kalangan. Selain karena mereka bisa menggunakan hak politiknya, juga karena banyaknya uang yang berputar saat Pilkada.

Uang yang dimaksud disini adalah uang pemberian Calon Kepala Daerah (Cakada) saat kampanye. Uang suap itu biasa dinamakan dengan serangan fajar, dengan tujuan meminta si penerima untuk memilih Cakada yang memberi uang ketika Pilkada nanti.

Mirisnya, banyak orang yang terang-terangan menyatakan siap menerima serangan fajar dari calon manapun. Artinya, mereka tidak peduli siapa calonnya, asal diberi uang akan mereka pilih.

bank sumut selamat hari raya idul fitri

Hal itulah yang membuat miris Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Muhammad Alhamid.

Ia menilai, potensi politik uang di Pilkada 2020 bakal meningkat. Pasalnya, masyarakat kesulitan ekonomi imbas pandemi Covid-19.

“Terlebih di tengah pandemi, potensi politik uang itu sangat tinggi, Bawaslu sudah merilis itu, di tengah himpitan ekonomi ada tawaran (politik uang) seperti ini,” katanya dikutip dari Merdeka.com.

Bahkan, Alhamid mengaku menemukan desa yang siap diguyur uang untuk memilih paslon tertentu. Dia bilang, kondisi pemahaman politik masyarakat Indonesia masih sangat memprihatinkan.

“Kadang-kadang di desa kita temukan tulisan masyarakat dan kampung ini siap menerima serangan fajar. Innalillahi wa Innalillahi rojiun, masyarakat kampung ini siap menerima serangan fajar,” ujarnya.

Ia mengatakan tak cuma di desa, di kota juga masyarakatnya masih menerima serangan fajar, namun tidak separah di desa.

“Ini apa ini situasi pemahaman kondisi politik masyarakat kita sangat memprihatinkan, ditulis pakai spanduk. Kalau di kota kota lebih keren, NPWP nomor piro wani piro, ini lebih keren tidak pakai spanduk, tapi melalui kontak kontak secara langsung,” tuturnya.

Alhamid pun khawatir terkait buruh pabrik yang libur pada tanggal 9 Desember 2020 nanti atau hari pencoblosan. Sebab, mereka tidak mendapatkan upah pada hari libur dan mudah disogok cukong politik.

“Karena ini diliburkan saya tidak kerja, dapur saya harus nyala, dari mana saya dapat makanan untuk hari itu, datang lah cukong-cukong politik menawarkan 50 ribu 100 ribu, terlalu murah suara kita yang sangat terhormat dengan 50 ribu 100 ribu,” tandasnya. (*)

Sumber: Merdeka.com