Harga Minyak Dunia Anjlok, BBM di Indonesia Tidak Turun, Ini Alasan Pemerintah

Pelayananpublik.id- Harga minyak dunia cenderung turun setelah wabah Covid-19 menyerang. Namun tidak dengan Indonesia. Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia masih tetap dan belum ada tanda penurunan.

Ini membuat publik bertanya mengapa Pemerintah Indonesia belum juga menurunkan harga BBM.

Terkait itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan meski harga minyak dunia turun, tapi harga bahan bakar minyak (BBM) tidak bisa serta merta turun.

bank sumut selamat hari raya idul fitri

Menurut dia ada banyak pertimbangan untuk menurunkan harga BBM.

Selama 13 tahun terakhir menurutnya setiap harga minyak anjlok karena kondisi krisis, biasa akan kembali rebound dalam tiga bulan.

Misalnya pada krisis tahun 2008 harga minyak anjlok sampai US$ 38 per barel, lalu kembali normal menjadi US$ 70 per barel.

Nah saat ini, kata dia kondisinya berbeda, di mana ada pandemi corona (COVID-19) yang diikuti oleh perang harga minyak antara Rusia, Arab Saudi, dan non Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Arifin mengatakan masih akan terus menunggu realisasi pemotongan produksi minyak global oleh negara-negara OPEC dan Non OPEC.

Sebagai informasi, pada Mei – Juni ada rencana pemangkasan produksi sebesar 9,7 juta barel.

Kemudian, pemotongan produksi Juli -Desember 7,7 juta barel, dan Januari – April 2021 sebesar 5,8 juta barel.

“Di sisi lain, Covid-19 terjadi penurunan karena kebijakan lockdown dan melemahnya ekonomi sehingga demand menurun. Penurunan ini harga minyak sampai US$ 22 per barel bahkan pernah minus US$ 37 per barel karena tidak ada demand kemudian storage penuh,” kata Arifin dalam Raker virtual dengan Komisi VII DPR RI, Senin, (4/05/2020).

Menurutnya penurunan harga BBM sudah dilakukan sebelum adanya pandemi dan perang crude crude antara OPEC dan Non OPEC. Ia juga menyebut harga BBM Indonesia dibandingkan dengan negara-negara ASEAN masih murah.

“Kita bisa lihat dibandingkan degan Filipina, bensin setara pertalite dijual dengan harga Rp 10.000/liter, kemudian di Laos Rp 14.000/liter,” jelasnya. (*)