Kepercayaan Pekerja Seni Terhadap “Slogan Kapolda Sumut” Telah Luntur

Pelayananpublik.id – Aksi premanisme tak ada habisnya di Sumatera Utara (Sumut), bahkan sekarang sudah meresahkan pekerja kreatif di Kota Medan.

Pekerja kreatif menilai, kerja kreatif, baik komersial maupun nonkomersial, butuh kenyamanan dan ketenangan dalam berkarya.

Insiden pemerasan yang dilakukan para preman dinila tidak seirama dengan slogan Kapolda Sumut, dengan “Tidak ada tempat bagi penjahat di Sumatera Utara”.

bank sumut selamat hari raya idul fitri

Baru-baru ini, terjadi pemerasan oleh preman sebanyak 4 orang. Mereka memeras para tim produksi film A Thousand Midnight in Kesawan. Hal itu terjadi di pusat Kota Medan, tepatnya di Lapangan Merdeka pada Selasa (10/3/2020).

Film ini adalah film indie yang diproduksi dengan tujuan nonkomersiall, hasil kolaborasi komunitas kreatif Medan.

Kemudian para preman itu membuat keributan di sekitar lokasi syuting yang mengundang perhatian pengunjung lapangan merdeka yang terbilang cukup ramai, yang mengakibatkan tertundanya proses syuting film.

Tidak hanya di Kota Medan saja, ternyata tindakan ini dialami pekerja kreatif juga terjadi di beberapa tempat di Sumatera Utara.
Seorang pekerja kreatif, Onny Kresnawan dan rekan-rekannya sering menghadapi pemerasan dengan pola dan modus yang beragam.

“Seringnya aksi pemerasan oleh preman menambah kesan sangar Sumatera Utara khususnya di Kota Medan. Karenanya, tindakan hukum perlu diambil,” kata Onny kepada awak media di Medan, Jumat (13/3/2020).

Menurutnya, tidak semua pekerja kreatif memiliki ketahanan dan kesabaran yang sama dalam menghadapi aksi premanisme.

“Jika praktik-praktik premanisme ini terus berjalan dan dibiarkan, ini merupakan tindakan yang merendahkan harkat dan martabat Pemerintahan yang ada, sekaligus Aparat Penegak hukum” ungkap Onny yang juga Ketua Asosiasi Dokumenteris Nusantara (ADN) Korda Medan.

(foto : Onny Kresnawan)

Sentuhan kreatif wajah kota yang meskinya bisa ditampilkan seelok mungkin untuk di promosikan ke wisatawan justru dirusak oleh aksi premanisme.

Dia mengatakan, kondisi ini juga menunjukan betapa lemahnya peran pihak keamanan dalam memberi jaminan kenyamanan masyarakat di kota.

Mulanya, pada pekerja kreatif di Sumut percaya industri kreatif akan maju kala Kapolda Sumut, Irjen Pol Martuani Sormin menyuarakan slogan “Tidak ada tempat bagi penjahat di Sumatera Utara”.

Namun kepercayaan para pekerja kreatif itu luntur lantaran slogan tersebut tidak berjalan seirama dengan kenyataan yang terjadi.

“Kepercayaan kami terhadap slogan-slogan Kapolda telah luntur dan memudar. Kami dan masyarakat membutuhkan aksi yang nyata penegak hukum dalam memberantas premanisme. Bukan sekedar lip service,” pungkas Onny. (bob)