Desainer Baju Puteri Indonesia Sumut Dituding Melakukan Body Shaming Kepada Para Finalis

Pelayananpublik.id- Isu body shaming saat ini menjadi sensitif karena bisa melukai perasaan dan mental korbannya. Body shaming juga bisa terjadi dimana saja bahkan dalam kontes kecantikan yang besar sekalipun.

Dugaan body shaming terjadi pada finalis Puteri Indonesia 2019.

Dugaan body shaming itu dibeberkan oleh salahsatu finalis Puteri Indonesia 2019 asal Sumatera Utara (Sumut), Anoushka Bhuller. Menurutnya, sang desainer baju berinisial SK itu mengluarkan kata-kata yang tidak pantas saat mengharuskan para kontestan untuk menyesuaikan tubuh dengan ukuran baju yang dibuat.

bank sumut selamat hari raya idul fitri

“Desainer gaun top 3 PI (Puteri Indonesia) Sumut melakukan aksi body shaming dan memanggil kontestan yang badannya tidak sempurna waham (delusi),” kata Anoushka saat menghubungi wartawan okezone, Rabu (27/11/2019).

Bukan hanya ke satu orang, kata Anoushka, body shaming itu menimpa 20 kontestan finalis tingkat Sumut.

Menurutnya, sang desainer baju berinisial SK itu mengluarkan kata-kata yang tidak pantas saat mengharuskan para kontestan untuk menyesuaikan tubuh dengan ukuran baju yang dibuat.

“Desainer gaun top 3 PI (Puteri Indonesia) Sumut melakukan aksi body shaming dan memanggil kontestan yang badannya tidak sempurna waham (delusi),” kata Anoushka saat menghubungi wartawan okezone, Rabu (27/11/2019).

Wanita yang akrab disapa Sasa itu mengatakan kebijakan yang dibuat tersebut bisa berdampak buruk terhadap kontestan.

“Mereka (kontestan) wajib memperbaiki ukuran mereka agar muat di gown. Gown tidak akan diperbaiki untuk mengikuti ukuran kontestan, ini beberapa hari sebelum kontes,” terang finalis perwakilan Sumut yang masuk 11 besar Puteri Indonesia 2019 itu.

Menurutnya, sudah ada riset yang membuktikan bahwa yang ikut kontes kecantikan biasanya beratnya di bawah anjuran atau underweight yang bisa menyebabkan berbagai penyakit hingga kematian.

“Belum lagi beban psikis anak muda ini yang ikut Puteri Indonesia 2020,” ujar Sasa.

Dia berharap isu body shaming tersebut mendapat perhatian dari Menteri Kesehatan, Terawan Menkes. Agar memastikan kontestan fisiknya sehat, tidak kurang berat badan, tidak anorexia.

“Menguak kejahatan lebih penting dari pada memakai crown dan menjadi pajangan. Tugas saya menjaga anak-anak (kontestan) itu,” terangnya.

Dia juga mengatakan bahwa sudah memberikan informasi terkait isu body shaming tersebut kepada panitia, namun tidak ditanggapi.

“Teman saya ideal disuruh turun 10 kilogram sampai dia hanya makan kapas, orang ini gak peduli, yang penting penampilan menjual,” ujar Sasa.

Isu dugaan body shaming di kontes kecantikan yang diselenggarakan oleh Yayasan Puteri Indonesia tersebut juga ia unggah di akun instagram-nya.

“Pertanyaan saya, apa hak sang desainer ini mengklaim para gadis wajib mengikuti ukuran dress dia? Jadi saya tau betul dunia peagent seperti apa, dan omongan dia berdampak luas, maka saya melakukan aksi ‘calling out’ dan menyatakan dengan tegas dia merusak mental (kontestan) dengan kata-katanya,” tulis Sasa di story instagram.

Terkait isu tersebut, Panitia Puteri Indonesia 2019 Sumatera Utara membantah. Menurutnya apa yang disampaikan Sasa tidaklah benar.

“Panitia menyelenggarakan Puteri Indonesia di Sumut dengan sangat profesional. Apa yang disampaikan oleh Sasa tidak benar. Terkait baju atau gaun yang akan dipakai oleh kontestan adalah ukuran proporsional,” jelas Sekretaris Puteri Indonesia 2020 Sumut, Mawarni Putri. (Pepi)