Pelayananpublik.id – Lokasi wisata danau Siombak tak lagi indah seperti sebelumnya. Ratusan bangkai babi jadi penyebab rusaknya pemandangan dan mencemari lingkungan danau Siombak.
Danau Siombak merupakan danau buatan yang luasnya sekira 40 hektare. Lokasinya berada di Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.
Danau Siombak salah satu lokasi wisata merakyat. Warga tak perlu merogoh kantong dalam-dalam untuk berwisata di sana. Wisata yang murah meriah itu juga kadang jadi lokasi festival pariwisata, salah satunya festival layang-layang.
Namun, beberapa hari belakangan, wisata tirta ini (wisata yang berhubungan dengan air) jadi lokasi pembuangan ratusan bangkai babi.
Bau bangkai sangat menyengat hingga menghilangkan keinginan masyarakat yang ingin berwisata di sana.
“Berwisata di sana sangat murah. Tapi kalau banyak bangkai babi gak mungkin kita ke sana. Kemarin mau ke sana tapi gak jadi. Kalau bisa ditangkap aja orang-orang yang buang bangkai babi itu,” kata seorang warga Marelan bernama Munial (25), Selasa (12/11/2019).
Pada Senin (11/11/2019), ratusan bangkai babi kembali ditemukan mengambang di danau Siombak. Ratusan Bangkai babi ini kemudian dievakuasi oleh petugas BPBD Kota Medan dibantu warga yang tinggal di sekitar danau Siombak.
Tim evakuasi BPBD menyisir danau Siombak dengan menggunakan perahu karet. Dengan menggunakan alat pengait, petugas BPBD menarik bangkai babi tersebut ke sebuah lokasi di Danau Siombak yang dijadikan tempat pengumpulan bangkai babi.
Ratusan bangkai babi tampak sudah dikumpulkan dilokasi tersebut dan diikat ke pohon agar tidak terbawa arus sungai. Nantinya, bangkai babi ini akan dikubur di sekitar Danau Siombak.
Hingga kemarin, pihak pemerintah kota Medan dan provinsi Sumatera Utara (Sumut) sudah menemukan 106 bangkai babi di danau Siombak.
“Saat ini jumlah bangkai yang ditemukan sudah mencapai 106. Ini akan dikuburkan secara massal,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut M Azhar Harahap di Danau Siombak, Medan, Senin (11/11/2019).
Disebutkan Azhar, penguburan massal terhadap babi-babi tersebut dilakukan agar tidak mengganggu masyarakat yang ada di sekitar danau. Selain itu juga untuk mengantisipasi potensi pencemaran lingkungan.
“Sampel air yang ada di Danau Siombak dan Sungai Bederah sudah diambil Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan, dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumut, untuk mengetahui sampai mana tingkat pencemaran yang diakibatkan bangkai-bangkai babi yang dibuang masyarakat ke sungai,” kata Azhar dikutip dari detik.com.
Untuk diketahui, kematian babi yang terdata akibat virus kolera di Sumut telah mencapai 5.800 ekor. Sedangkan pembuangan bangkai babi secara sembarangan ditemukan di 7 kabupaten dan kota, Sumut.