Puisi: Sejarah, Tujuan dan Jenis-jenisnya

Pelayananpublik.id- Bagi Anda yang suka membaca karya sastra tentu tidak asing dengan puisi. Puisi mengandung kata-kata yang indah dan bermakna dalam sehingga mengundang kekaguman pembacanya.

Nah supaya lebih paham, berikut ini adalah pengertian puisi menurut beberapa ahli.

1. H. B. Jassin

bank sumut selamat hari raya idul fitri

Puisi adalah suatu karya sastra yang diucapkan dengan sebuah perasaan yang didalamnya mengandung suatu fikiran-fikiran dan sebuah tanggapan-tanggapan.

2. James Reevas

Puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh daya pikat.

3. Theodore Watts-Dunton

Pengertian puisi adalah suatu ekpresi yang kongkret dan bersifat artistik dari sebuah pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.

4. Herman Waluyo

Puisi adalah karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan memfokuskan semua kekuatan bahasa dalam sebuah struktur fisik dan struktur batinnya.

Sejarah Munculnya Puisi

Puisi telah menghiasi dunia sastra sejak dahulu. Bahkan puisi sudah dituliskan dalam kitab-kitab suci kuni.

Di India misalnya, pada (1700-1200 SM) ditemukan banyak karya kuno dari Veda India dan Zoroaster’s Gathas (1.200-900 SM) ke Odyssey (800-675 SM), tampaknya telah disusun dalam bentuk puisi untuk membantu menghafal dan lisan, dalam prasejarah dan masyarakat kuno.

Puisi muncul di antara catatan-catatan paling awal kebudayaan paling melek huruf, dengan puitis fragmen-fragmen yang ditemukan pada awal monolit, runestones, dan stelae.

Puisi di Barat

Puisi yang tertua adalah Epos Gilgames, dari milenium ke-3 SM di Sumeria (di Mesopotamia, sekarang Irak), yang ditulis dalam naskah tulisan kuno berbentuk baji pada tablet tanah liat dan, kemudian, papirus.

Puisi epik kuno lainnya termasuk Yunani epos Illiad dan Odyssey, Old Iran buku-buku yang Gathic dan Yasna Avesta, epik nasional Romawi, Virgil Aeneid, dan India epos Ramayana dan Mahabharata.

Upaya para pemikir kuno untuk menentukan apa yang membuat puisi khas sebagai bentuk, dan apa yang membedakan puisi yang baik dari buruk, mengakibatkan dalam “puisi”-studi tentang estetika puisi.

Masyarakat kuno, seperti Cina melalui Shi Jing, salah satu dari Lima Klasik Konfusianisme, dikembangkan kanon dari karya-karya puitis yang ritual serta pentingnya estetika.

Puisi yang mencatat peristiwa bersejarah dalam epos, seperti Gilgames atau Firdausi’s Shahnameh, berbentuk panjang dan narasi, sementara puisi yang digunakan untuk keperluan liturgi (lagu pujian, mazmur, suras, dan hadis-hadis) cenderung memiliki inspirasi nada, sedangkan elegi dan tragedi yang dimaksudkan untuk menimbulkan tanggapan emosional yang dalam.

Konteks lain adalah termasuk nyanyian Gregorian, formal atau diplomatik pidato, retorika politik dan makian, cahaya-hati pembibitan dan omong kosong sajak, dan bahkan teks-teks kedokteran.

Perkembangan Puisi di Indonesia

Di Indonesia juga terdapat karya sastra kuno milik kerajaan-kerajaan. Tulisan-tulisan tersebut biasanya dalam bahasa sansekerta ataupun dalam tulisan jawa kuno. Naskah puisi kuno biasanya dinyanyikan.

Seiring perkembangan zaman, Indonesia mulai memiliki sastrawan yang terkenal dengan karya puisinya seperti Buya Hamka , Chairil Anwar, Taufik Ismail, dan lainnya.

Puisi di Indonesia juga bermacam tema termasuk untuk kritik politik ke pemerintahan pada saat itu. Dan kritik melalui puisi pada saat itu cukup berpengaruh.

Indonesia memiliki sastrawan dan penyair yang terkenal dari generasi ke generasi. Setiap generasi memiliki perbedaan ciri khas berdasarkan tema yang diangkat dalam seriap karya sastra.
Perbedaan ini dipengaruhi oleh keadaan sosial politik bangsa indonesia saat itu.
Dengan terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang Sastrawan Angkatan Reformasi.

Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar Reformasi.

Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru.

Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatar belakangi kelahiran karya-karya sastra puisi, cerpen, dan novelĀ  pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda dan Acep Zamzam Noer, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.

Dan kini, sajak- sajak berbau politik kian menjamur. Para penulis muda juga bermunculan. Selain itu do era digital ini sangat mudah menemukan puisi di internet dan sosial media.

Tujuan Puisi

Ada beragam tujuan penulis menciptakan puisi. Namun kebanyakan puisi ditulis untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran sang penulis kepada publik ataupun dinikmati sendiri.

– Sebagai media untuk mengkritik kehidupan sosial dan merubahnya.

– Memberikan gambaran kepada pembaca mengenai suatu hal yang disampaikan penyair.

– Memberikan motivasi kepada pembaca agar mampu mengapresiasikan karya sastra.

Unsur dan Jenis Puisi

Puisi memiliki beberapa unsur berdasarkan unsur batin dan fisiknya.

Struktur Batin

1. Tema/ Makna (sense)

Unsur utama dalam puisi karena dapat menjelaskan makna yang ingin disampaikan oleh seorang penyair dimana medianya berupa bahasa.

2. Rasa (feeling)

Sikap sang penyair terhadap suatu masalah yang diungkapkan dalam puisi.

3. Nada (tone)

Sikap penyair terhadap audiensnya serta sangat berkaitan dengan makna dan rasa. Melalui nada, seorang penyair dapat menyampaikan suatu pusi dengan nada mendikte, menggurui, memandang rendah, dan sikap lainnya terhadap audiens.

4. Tujuan (intention)
Tujuan/ maksud/ amanat adalah suatu pesan yang ingin disampaikan oleh sang penyair kepada audiensnya.

Struktur Fisik

Struktur fisik suatu puisi disebut juga dengan metode penyampaian hakikat suatu puisi, yang terdiri dari beberapa hal berikut ini;

1. Perwajahan Puisi (tipografi)

Bentuk format suatu puisi, seperti pengaturan baris, tepi kanan-kiri, halaman yang tidak dipenuhi kata-kata.

2. Diksi

Diksi adalah pemilihan kata yang dilakukan oleh seorang penyair dalam mengungkapkan puisinya sehingga didapatkan efek sesuai dengan yang diinginkan.

3. Imaji

Susunan kata dalam puisi yang bisa mengungkapkan pengalaman indrawi sang penyair (pendengaran, penglihatan, dan perasaan) sehingga dapat mempengaruhi audiens seolah-olah merasakan yang dialami sang penyair.

4. Kata Konkret

Kata konkret adalah bentuk kata yang bisa ditangkap oleh indera manusia sehingga menimbulkan imaji.

5. Gaya Bahasa

Penggunaan bahasa yang bisa menimbulkan efek dan konotasi tertentu dengan bahasa figuratif sehingga mengandung banyak makna.

6. Rima/ Irama
Irama/ rima adalah adanya persamaan bunyi dalam penyampaian puisi, baik di awal, tengah, maupun di akhir puisi.

Jenis-Jenis Puisi

Jenis-jenis puisi dapat dikelompokkan berdasarkan jamannya. Mengacu pada pengertian puisi di atas, berikut ini adalah beberapa jenis puisi tersebut:

1. Puisi Gaya Baru

– Balada, sajak sederhana yang mengisahkan tentang cerita rakyat yang mengharukan, yang terkadang dinyanyikan atau disajikan dalam bentuk dialog.

– Himne (gita puja), yaitu sejenis nyanyian pujaan, biasanya pujaan ditujukan untuk Tuhan atau Dewa.

– Ode, yaitu puisi lirik berisikan sanjungan kepada orang yang berjasa dengan nada agung dan tema serius.

– Epigram, yaitu puisi yang berisi tentang tuntunan/ ajaran hidup.

– Romansa, yaitu jenis puisi cerita yang berisi luapan perasaan cinta kasih.

– Elegi, yaitu syair atau nyanyian yang mengandung ratapan dan ungkapan dukacita, khususnya pada peristiwa kematian.

– Satire, yaitu puisi yang menggunakan gaya bahasa yang berisi sindiran atau kritik dan disampaikan dalam bentuk ironi, sarkasme, atau parodi.

– Distikon, yaitu puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari 2 baris (puisi dua seuntai).

– Terzina, yaitu puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari 3 baris (puisi tiga seuntai).

– Kuatren, yaitu puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari 4 baris (puisi empat seuntai).

– Kuint, yaitu puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari 5 baris (puisi lima seuntai).

-.Sekstet, yaitu puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari 6 baris (puisi enam seuntai).

– Septima, yaitu puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari 7 baris (tujuh seuntai).

– Oktaf/Stanza, yaitu puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari 8 baris (puisi delapan seuntai).

– Soneta, yaitu puisi yang terdiri dari 14 baris yang dibagi menjadi 2, dimana 2 bait pertama masing-masing 4 baris dan 2 bait kedua masing-masing tiga baris.

2. Puisi Gaya Lama

Puisi lama adalah puisi yang masih terikat oleh berbagai aturan seperti; jumlah kata dalam baris puisi, jumlah baris dalam satu bait puisi, persajakan, jumlah suku kata dalam setiap baris, irama puisi

Beberapa yang termasuk dalam puisi lama diantaranya adalah mantra, pantun, karmina, seloka, gurindam, syair, talibun.

3. Puisi Kontemporer

Puisi kontemporer adalah jenis puisi yang berusaha keluar dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Jenis puisi ini selalu menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan tidak lagi mementingkan tentang irama, gaya bahasa, dan hal-hal lainnya yang umumnya terdapat pada puisi lama dan baru.

Demikian ulasan menenai puisi, mulai dari pengertian, sejarah, tujuan hingga jenisnya. Semoga bermanfaat. (Nur Fatimah)