Jual Narkoba Lebih Aman dalam Kampus?

Pelayananpublik.id- Narkoba seperti sudah mengakar di tengah masyarakat Indonesia tak terkecuali di dunia pendidikan. Meski gencar diberantas, narkoba sepertinya selalu kembali timbul dan tidak pernah habis.

Salahsatu yang menjadi sorotan adalah peredaran narkoba di dalam kampus perguruan tinggi. Bahkan pengguna narkoba di dalam kampus terkesan “aman” dan jarang ditangkap polisi.

Hal itu juga diakui oleh pengedar narkoba yang baru-baru ini tertangkap oleh polisi di Jakarta Barat.

bank sumut selamat hari raya idul fitri

“Benar, tersangka beranggapan bahwa kampus itu lebih steril,” ujar Kanit 3 Satuan Reserse Narkoba Polrestro Jakarta Barat, AKP Ahmad Ardhi dikutip dari Republika, Rabu (31/7) pagi.

Salahsatu pengedar narkoba berinisial HK (27) mengaku lebih aman menjual narkoba dalam kampus. Sebab lebih kecil kemungkinan aparat penegak hukum mencurigai kampus sebagai tempat penyimpanan dan peredaran narkoba.

Pria pengedar dengan barang bukti 1 kilogram ganja itu mengaku kerap menyimpan narkoba secara tersembunyi di dalam lemari ruangan fakultas atau ruang kemahasiswaan. Barang haram tersebut baru akan diambil saat terjadi transaksi dengan korban.

(Baca juga: Ayo Serahkan Diri ke BNN, Pecandu Narkoba Tidak Akan Dihukum)

“Biasanya mereka berkomunikasi lewat media sosial. Kalau sudah deal, baru ketemuan di kampus,” ujar Ardhi.

HK sendiri merupakan alumni salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta Selatan dan hanya bandar narkoba berskala kecil yang memperoleh pasokan dari jaringan bandar besar di Jakarta.

Kalangan bandar seperti itu menargetkan mahasiswa menjadi target pasar dengan paket hemat yang harganya lebih ramah di kantong mahasiswa.

“Jenis pahe (paket hemat) ini kan murah, bisa Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu per satu gram. Satu paket bisa jadi sepuluh linting,” ujarnya.

Bahkan kalau sedang tidak ada uang para mahasiswa pengguna itu bisa patungan membeli narkoba.

Ardhi mengatakan semua kalangan mahasiswa berpotensi terjebak dalam pusaran transaksi narkoba. Khususnya mahasiswa yang tergabung dalam komunitas gaul, seperti klub mobil, klub motor, klub tongkrongan dan perkumpulan mahasiswa lainnya.

HK menjadi pengedar dan menjalankan aksinya di lingkungan kampus di Jakarta sejak tahun 2017.

Ardhi menyebut harga pasaran satu kilogram ganja di Jakarta bisa mencapai Rp 10 juta. Saat dipecah menjadi paketan kecil ukuran per satu gram, bisa menghasilkan keuntungan tiga hingga lima kali lipat. Sehingga dari 1 kg ganja pengedar bisa mendapat keuntungan Rp20 juta.

Sebelumnya, HK dan dua rekannya AT serta FF ditangkap di Bekasi, Jawa Barat, pada Senin (29/7).

Ardhi mengatakan upaya penangkapan terhadap HK dan jaringan dilakukan anggotanya dengan cara menyamar sebagai mahasiswa.

“Jangan pikir jualan narkoba di lingkungan kampus bisa aman. Anggota di lapangan saat proses penangkapan menyamar sebagai mahasiswa,” katanya.

Hingga Senin (29/7), Satuan Reserse Narkoba Polrestro Jakarta Barat telah menangkap lima orang pengedar narkoba jaringan kampus. TW dan PHS ditangkap Sabtu (27/7) di salah satu ruang senat mahasiswa perguruan tinggi swasta di Jakarta Timur.

Ditemukan barang bukti sebanyak 80 kilogram ganja yang akan disebar ke sejumlah kampus di wilayah DKI Jakarta. (Nur Fatimah)

Sumber: Republika