Tersangka Pembunuh Gadis Penjual Gorengan Ternyata Residivis Kasus Cabul

Pelayananpublik.id- Kematian Nia, gadis penjual gorengan di Sumbar meninggalkan duka di hati banyak orang.

Bagaimana tidak, anak yang seharusnya masih memiliki masa depan dengan semangat juangnya malah tewas di tangan pria cabul yang tak bermoral.

Adapun pelaku yang bernama Indra Septiawan (26) belakangan diketahui merupakan resedivis kasus pencabulan yang dipenjara pada tahun 2013.

bank sumut selamat hari raya idul fitri

Hal itu diungkapkan Kapolda Sumatera Barat (Sumbar) Irjen Suharyono.

Suharyono mengatakan latar belakang residivis menurutnya membuat polisi sulit menangkapnya.

“Perlu kami sampaikan, bahwa profil tersangka ini adalah seorang residivis yang tahun 2013 pernah berurusan dengan pihak kepolisian terkait pencabulan. Dan tahun 2017 berkaitan dengan peristiwa pidana berkaitan narkoba,” kata Kapolda Sumbar Irjen Suharyono saat rilis dengan awak media di Mapolres Padang Pariaman, Jumat (20/9/2024).

“Sebenarnya tersangka ini bukan orang sembarangan. Sehingga itulah pencarian 10 hari itu cukup sulit. Dengan kebesaran Allah dan juga ketelitian dan kesabaran para penyidik dan tim gabungan akhirnya menemukan tersangka,” sambungnya.

Kapolda menyebut, pihaknya sudah beberapa kali melakukan penyergapan terhadap tersangka. Namun menurutnya tersangka selalu lolos saat penyergapan.

“Saat pelarian pertama, saat hujan deras pelaku masuk hutan dan tersangka lolos dari penyergapan . Kita hanya menemukan sendal dan tas. Kemudian 2 harinya kami upayakan penyergapan lagi, tapi dia lolos lagi karena berpindah tempat. Sementara di hari 9 kami kembali melakukan penyergapan, namun dia kembali lolos. Dan akhirnya di hari 11 dia ditemukan,” ungkap Kapolda.

Sementara selama pelarian, tersangka menurutnya berpindah-pindah tempat di daerah Kecamatan Kayu Tanam dengan cara keluar masuk hutan. Karena saat itu tersangka menurutnya menguasai medan pelarian.

“Akhir cerita di hari Kamis (19/9) pukul 15.03 itu, tersangka berada di atas atap disalah satu rumah kosong. Atas bantuan dari masyarakat kemudian secara bersama-sama mencari dan menemukan pelaku yang sedang mengumpat. Tersangka kemudian diupayakan diturunkan dengan tidak mudah,” ungkapnya.

“Untuk dia keluar masuk hutan, karena mencari makan dan logistik dengan berbagai cara. Tapi dia tidak bisa jauh, karena kami penyidik dan tim gabungan ini menutup akses dia agar tidak jauh-jauh perginya. Karena dampak banyaknya polisi dan masyarakat, dia memutuskan bersembunyi di atap rumah kosong dengan anggapan tidak ditemukan polisi,” tuturnya. (*)