BMKG Warning Ancaman pada Ketahanan Pangan RI Akibat Perubahan Iklim

Pelayananpublik.id- Perubahan iklim dapat menyebabkan ancan yang serius termasuk bagi ketahanan pangan Indonesia.

Hal itu dikatakan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.

“Perubahan iklim berada pada batas kondisi kritis dan akan jadi tantangan besar bagi Indonesia,” katanya dilansir dari CNBC Indonesia belum lama ini.

bank sumut selamat hari raya idul fitri

Ia menjelaskan laju kenaikan suhu dalam 42 tahun terakhir rata-rata mencapai 0,02-0,443 derajat Celcius per dekade di wilayah Indonesia. Tertinggi mencapai 0,47 derajat Celcius per dekade di Kalimantan Timur,” tambahnya.

Kenaikan suhu udara permukaan global, kata dia, mencapai 1,1 derajat Celcius dibandingkan masa praindustri.

Pihaknya menganalisis dan memproyeksikan suhu udara pada akhir abad-21 bisa dapat mencapai 3 derajat Celcius di seluruh kota besar di Indonesia. Jika Indonesia tidak berhasil melakukan mitigasi perubahan iklim.

“BMKG juga mencatat semakin hangat dan meningkatnya suhu muka air laut di perairan Indonesia, hingga mencapai 29 derajat Celcius pada saat terjadi La Nina Moderat dan badai tropis hujan,” kata Dwi Korita.

Selain itu, lanjut dia, berdasarkan hasil riset BMKG gletser di Puncak Jayawijaya, Papua saat ini tinggal kurang lebih 2 km per segi atau 1% dari luas awalnya sekitar 200 km per segi.

“BMKG memprediksi gletser tersebut akan punah, mencair di sekitar tahun 2025-2026,” kata Dwi Korita.

Selain itu, kenaikan rata-rata muka air laut global terpantau mencapai 4,4 milimeter per tahun pada periode 2010-2015 lebih tinggi lajunya dibandingkan periode sebelum tahun 1990-an sebesar 1,2 milimeter per tahun.

Periode ulang anomali iklim El Nino dan La Nina tersebut kini semakin pendek dari 5-7 tahun pada periode 1950-1980 menjadi hanya 2-3 tahun selama periode pasca-1980 hingga saat ini.

“Seluruh fenomena tersebut berakibat pada semakin meningkatnya frekuensi, intensitas, dan durasi cuaca ekstrem. Itulah sebabnya bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, longsor, badai tropis, puting beliung, dan kekeringan semakin meningkat frekuensi, intensitas, dan durasi kejadiannya,” kata dia.

Perubahan iklim, ujarnya, berakibat pada ancaman ketahanan pangan di Indonesia.

“Bencana-bencana hidrometeorologi mengakibatkan kegiatan pertanian dan perikanan rentan terganggu, bahkan gagal. Mengancam produktivitas panen dan penangkapan ikan, termasuk mengancam keselamatan petani dan nelayan. Ancaman ketahanan pangan tentu akan berakibat ke terganggunya kedaulatan pangan,” kata Dwikorita. (*)