Dikorupsi, Cuma 30 Persen Senjata yang Dikirim ke Ukraina Sampai ke Tentara

Pelayananpublik.id- Dalam perang Rusia-Ukraina, Amerika Serikat dan negara-negara barat menunjukkan keberpihakan dan mambantu Ukraina.

Mereka mengirim bantuan senjata besar-besaran ke negara tersebut.

Namun ternyata senjata yang sampai ke tangan tentara Ukraina hanya 30 persen, sebab yang 70 persennya telah lenyap dikorupsi.

bank sumut selamat hari raya idul fitri

Hal ini dilaporkan stasiun televisi CBS News yang mengatakan hanya sekitar 30 persen dari senjata yang dikirim dari Barat yang benar-benar berhasil mencapai tempat tujuan atau di garis depan pertempuran.

Laporan tersebut menambah rumor tentang pemborosan, korupsi, dan permainan pasar gelap menyangkut bantuan persenjataan militer itu.

Padahal AS menyetujui lebih dari USD 54 miliar bantuan ekonomi dan militer ke Ukraina sejak Februari, sementara Inggris telah memberikan hampir USD 3 miliar dalam bantuan militer saja, dan Uni Eropa (UE) telah menghabiskan USD 2,5 miliar lagi untuk persenjataan bagi Kiev.

Sementara itu, Laman Russia Today melaporkan, seluruh serangkaian peralatan, mulai dari senapan dan granat hingga rudal anti-tank dan beberapa sistem peluncuran roket telah meninggalkan gudang senjata Barat menuju Ukraina, sebagian besar memasuki negara itu melalui Polandia.

Namun, pengiriman peralatan militer jarang berjalan mulus, ungkap CBS News pekan ini.

“Semua barang ini melintasi perbatasan, kemudian sesuatu terjadi, hanya 30 persen mencapai tujuan akhirnya,” kata Jonas Ohman, pendiri organisasi pemasok militer Ukraina yang berbasis di Lituania, kata Ohman kepada stasiun televisi Amerika itu.

Ohman mengatakan, mengirimkan senjata untuk tentara di lapangan melibatkan proses jaringan yang kompleks seperti “penguasa, oligarki, dan pemain politik.”

“Benar-benar tidak ada informasi ke mana persenjataan itu pergi,” kata Donatella Rovera, penasihat senior Amnesty International kepada CBS.

“Yang benar-benar mengkhawatirkan adalah beberapa negara yang mengirim senjata tampaknya tidak berpikir itu adalah tanggung jawab mereka untuk menerapkan mekanisme pengawasan yang sangat kuat.”

Ukraina bersikeras mereka melacak setiap senjata yang melintasi perbatasannya, sambung Yuri Sak, penasihat Menteri Pertahanan Alexey Reznikov, kepada Financial Times bulan lalu.

Menurut dia, kabar yang berbeda soal ini “bisa jadi bagian dari perang informasi Rusia untuk mencegah mitra internasional dari menyediakan persenjataan bagi Ukraina.”

Namun, beberapa pejabat di Barat sudah menyampaikan peringatan. Sebuah sumber intelijen AS mengatakan kepada CNN April lalu, Washington tidak memiliki informasi sama sekali mengenai apa yang terjadi pada senjata-senjata ini begitu memasuki Ukraina. Sumber-sumber Kanada mengatakan bulan lalu mereka “tidak tahu” di mana pengiriman senjata mereka sebenarnya berakhir.

Europol mengklaim beberapa dari senjata ini berakhir di tangan kelompok kejahatan terorganisir di UE, sementara pemerintah Rusia memperingatkan senjata-senjata itu mendarat di Timur Tengah. Investigasi oleh Russia Today pada bulan Juni menemukan pasar daring di mana perangkat keras Barat yang canggih – seperti sistem anti-tank Javelin dan NLAW atau drone peledak Phoenix Ghost dan Switchblade – tampaknya dijual.

Ukraina konsisten disebut sebagai salah satu negara paling korup di dunia, dengan skor 122/180 pada ‘Indeks Persepsi Korupsi’ Transparency International 2021. Nilai 180 mewakili yang paling korup dan 0 paling sea bukti” bahwa senjata yang masuk ke negaranya tidak ditemukan. (*)