Babi China Picu Kelangkaan Tahu-Tempe RI, Kok Bisa?

Pelayananpublik.id- Indonesia kembali mengalami kelangkaan tahu tempe, padahal kedua makanan itu sangat populer di dalam negeri.

Kelangkaan itu adalah akibat bahan baku tahu tempe yakni kedelai juga sulit didapatkan. Seperti yang diketahui Indonesia masih bergantung pada kedelai impor dari Amerika Serikat (AS). Sementara saat ini kedelai AS sudah diborong China untuk makanan ternak babi mereka.

Hal itu diungkapkan Ketua Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin.

“Indonesia membeli kedelai untuk food atau konsumsi. Sedangkan China beli semua grade 1,2,3 dan 4 baik yang bagus maupun jelek, karena dibikin untuk ternak, susu, based oil dan lain-lain. Sehingga petani AS lebih suka jualan ke China karena produk kedelai habis,” jelasnya dikutip dari CNBC Indonesia, Senin (21/2/2022).

Saat ini, kebutuhan kedelai Indonesia hanya berkisar 3 juta ton per tahun. Sedangkan kebutuhan kedelai China adalah 30x lipat lebih, yakni hampir 100 juta ton saat ini, jumlah tersebut berasal untuk grade tertinggi hingga terendah.

“Tata niaga kedelai yakni sistem perdagangan sesuai WTO, sistem perdagangan bebas. Produsen kedelai tertinggi di AS, Brazil dan Argentina, rata-rata selama ini seimbang produksinya supply-demand,” ujar Aip.

Saat ini kondisinya berbeda, kata dia, ketika China memesan lebih banyak kedelai, maka harga kedelai dunia sangat terkena imbasnya.

Merujuk pada situs tradingeconomics, harga kedelai berfluktuasi di rentang US$15 per bushel (sekitar 27,21 kg) setelah sempat menyentuh level tertinggi sejak Mei 2021 di kisaran US$16 per bushel.

China sendiri dilaporkan sedang melakukan reformasi peternakan babi setelah hancur akibat wabah demam babi Afrika di kisaran pertengahan tahun 2018 dan meluas di seluruh China di tahun 2019. Wabah itu bahkan menyerang peternakan babi di dalam negeri.

Perombakan itu diduga membutuhkan banyak pasokan kedelai, salah satu bahan baku pakan ternak.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan memperkirakan, pada tahun lalu pihak memperkirakan produksi kedelai di Argentina dan Brasil akan meningkat. Namun, proyeksi itu diperkirakan akan meleset. (*)