Pelayananpublik.id- Pengurus Pemuda Katolik mengingatkan pejabat negara melihat aksi penolakan presiden Prancis Emmanuel Macron untuk di swab dokter kepresidenan Rusia sebagai pelajaran dalam “menempatkan kepentingan dan cara mengelola negera”.
Sekilas di banyak “meme” dan pemberitaan pertemuan Macron dengan Putin beberapa hari lalu tampak kocak karena harus dilakukan dengan sangat berjarak dalam pembahasan genting dan panjang tentang krisis Ukraina di Moskow, namun sebenarnya itulah paham “Realisme” ujar Julwanri Munthe Ketua Bidang Pertahanan dan Hubungan Internasional Pemuda Katolik
Paham Realisme ini Pandangan pesimis atas sifat alami manusia dan sistem politik internasional yang menunjukan bahwa sebenarnya hubungan internasional itu kompetitif dan konfliktual.
Wajar saja setiap pemimpin memikirkan hal paling buruk sebagai antisipasi atau langkah preventif.
Pihak Prancis tidak rela pemimpin mereka dites mengantisipasi pengambilan DNA, sedangkan pihak Rusia harus memanjangkan meja nya sebagai langkah prosedur tambahan menjaga kesehatan presiden nya.
“maaf jika analoginya sedikit kasar, memberikan lendir saja mereka tidak berkenan, apalagi sejengkal tanah, kira-kira begitu”
Terlepas dari peta konflik, Apa yang sedang kita saksikan memang pelajaran besar dalam mengelola negara, jangan sampai kita di bawah bayang-bayang negara asing.
Seperti Prancis, Rusia, AS, Tiongkok dan negara lainnya, Indonesia ini negara besar maka pesan ini cukup kuat untuk diterjemahkan pada situasi pemerintah mengelola setiap jengkal tanah, objek-objek vital, kekayaan alam (tambang migas), ruang udara dan laut.
“Jangan sampai salah mengelola dan masuk jebakan utang Tiongkok yang terjadi dibeberapa negara,” tutup Julwanri. (*)