Luhut Larang Pejabat Negara Melakukan Perjalanan ke Luar Negeri

Pelayananpublik.id- Varian Omicron Covid-19 sedang marak menulari masyarakat di berbagai negara di dunia. Setiap negara diminta lebih waspada karena varian ini dinilai lebih cepat menular dan lebih agresif.

Indonesia sendiri melakukan berbagai pencegahan agar varian tersebut tidak masuk. Salahsatunya adalah larangan bagi pejabat negara untuk plesir ke luar negeri.

Hal itu ditegaskan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.

bank sumut selamat hari raya idul fitri

“Pejabat negara khususnya dilarang melakukan perjalanan ke luar negeri,” katanya dikutip dari Republika Online, Rabu (12/1).

Larangan terhadap pejabat negara tersebut, kata dia, berlaku kepada seluruh lapisan jabatan, terkecuali bagi yang melaksanakan tugas penting negara.

Sementara bagi masyarakat umum, Luhut juga mengimbau agar masyarakat tidak melakukan perjalanan ke luar negeri pada saat ini.

“Bagi masyarakat umum sifatnya masih imbauan. Jadi WNI diimbau agar tidak melakukan perjalanan ke luar negeri dulu, hal ini untuk mencegah dan menjaga terus terkendalinya pandemi di negara ini,” katanya.

Saat ini, kata dia, pemerintah RI sedang menyiapkan booster vaksin ketiga yang ditujukan untuk para lansia dan kelompok rentan. Vaksin booster diharapkan dapat menghalau varian baru Covid-19 tersebut.

“Pemberian booster akan segera dijadwalkan dan mulai dilaksanakan pada periode Januari tahun depan,” jelasnya.

Kemudian langkah pencegahan masuknya Omicorn ke Indonesia juga dilakukan dengan pengetatan karantina orang yang berasal dari luar negeri.

Berdasarkan arahan Presiden Jokowi, masa karantina bagi WNA dan WNI pelaku perjalanan dari negara-negara di luar 11 negara yg dilarang masuk juga akan ditambah menjadi 10 hari dari sebelumnya 7 hari.

Langkah itu diambil dengan mempertimbangkan semakin banyaknya negara yang mendeteksi varian Omicron. Perpanjangan masa karantina ini akan berlaku sejak 3 Desember 2021.

“Tentunya kebijakan yang diambil ini akan terus dievaluasi secara berkala sambil kita terus memahami dan mendalami informasi tentang varian baru ini,” tutup Luhut.

Sementara itu, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, mengatakan berdasarkan laporan riset awal di Afrika Selatan dan Israel, varian Omicron patut diwaspadai adalah karena kemampuan penularannya yang cepat yakni 1,3 kali lebih cepat menular daripada Delta Varian.

Selain itu, kata dia, angka reproduksinya juga lebih besar dari Delta namun belum bisa dipastikan nilainya.

“Oleh karenanya, cakupan vaksin dan disiplin protokol kesehatan seperti terus memakai masker, selalu menjaga jarak, melakukan karantina dan memiliki ventilasi serta sirkulasi udara yang baik masih sangat efektif untuk mencegah penularan Covid-19,” kata dia.

Dicky menekankan, orang yang tidak divaksinasi 2,4 kali lebih berisiko mengalami keparahan.

Dalam riset tersebut juga disebutkan varian Omicron dapat  mengurangi efikasi vaksin dan antibodi pada penyintas. Sehingga, booster vaksin dinilai bisa menurunkan risiko keparahan sampai 90 persen. (*)