Pelayananpublik.id- Stunting merupakan penyakit yang saat ini menjadi fokus bagi pemerintah Indonesia. Untuk itu pemerintah menyosialisasikan kewajiban memakan makanan yang bergizi untuk anak agar bisa mencegah stunting.
Stunting merupakan kondisi serius yang harus dicegah demi masa depan anak. Bagaimana tidak, jika anak menderita stunting maka tumbuh kembangnya akan terhambat. Ini bisa pula terlihat dari bentuk badan anak yang lebih pendek atau lebih kecil daripada teman sebayanya.
Dulu, kondisi stunting dikaitkan dengan faktor genetis dari kedua orangtuanya.
Oleh karena itu, kebanyakan orang di Indonesia menerima apa adanya tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.
Padahal kenyataannya, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan.
Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.
Sebelum membahas lebih lanjut, baiknya simak dulu apa pengertian stunting.
Pengertian Stunting
Secara umum, pengertian stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak. Adapun gangguan tersebut yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Menurut WHO, stunting adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai.
Anak-anak didefinisikan terhambat gizinya jika tinggi badan mereka terhadap usia lebih dari dua deviasi standar di bawah median standar pertumbuhan anak WHO.
Stunting terjadi pada awal kehidupan diperhatikan terutama pada 1.000 hari pertama sampai usia dua tahun. Gangguan pertumbuhan memiliki dampak fungsional yang merugikan pada anak.
Beberapa dampak stunting tersebut, seperti dilansir situs WHO, termasuk kognisi dan kinerja pendidikan yang buruk, upah orang dewasa yang rendah, produktivitas yang hilang.
Ciri Anak Stunting
Seperti yang telah dijelaskan di atas, kekurangan gizi dalam waktu lama akan mengganggu tumbuh kembang anak, akibatnya mereka bisa mengalami stunting. Anak yang mengalami stunting tentu akan bisa dikenali dengan beberapa cirinya. Adapun ciri anak stunting adalah sebagai berikut.
1. Tubuh Pendek atau Kerdil
Anak yang menderita stunting pasti akan memiliki perawakan pendek. Hal ini dapat dengan mudah dilihat dan dibandingkan dengan teman-teman seusianya.
Begitupun, ingatlah tidak setiap anak dengan tubuh pendek pasti mengalami stunting. Artinya, jika Anda merasa sudah memberikan asupan terbaik pada anak namun ia tetap bertubuh pendek, bisa jadi kondisi tersebut dipengaruhi oleh hal lain yang bukan stunting.
2. Mudah Sakit
Anak yang kekurangan gizi sudah pasti akan lebih mudah terkena penyakit. Nah, jika anak sudah kekurangan gizi dan mudah sakit maka itu merupakan gejala lain dari stunting.
Anak yang punya kekebalan tubuh rendah akan lebih sering sakit, yang biasanya diakibatkan oleh penyakit infeksi. Contohnya, sering demam, muntah, diare, dan lainnya.
3. Kemampuan Kognitif Menurun
Selain secara fisik, stunting juga menunjukkan ciri yakni turunnya kemampuan kognitif anak. Tandanya adalah IQ rendah bahkan hingga dikategorikan retardasi mental.
Kemampuan kognitif yang menurun dapat dilihat dari adanya hambatan dalam perkembangan anak Anda. Sebagai contoh, anak tersebut belum mampu mengucap kata di usia 2 tahun, atau belum bisa makan sendiri di usia 1 tahun.
4. Bertambah Gemuk
Gemuk bukan selalu sehat, justru anak stunting bisa lebih mudah menjadi gemuk. Sebab pada anak stunting, ia akan mengalami gangguan sistem endokrin tubuh yang memengaruhi metabolisme lemak. Hal tersebut membuat anak stunting lebih mudah gemuk akibat metabolisme lemak yang terganggu.
Pertumbuhan melambat
5. Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
6. Pertumbuhan gigi terlambat dan kemampuan fokus serta memori belajarnya rendah
7. Pada umur 8 – 10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata terhadap orang di sekitarnya
8. Berat badan balita tidak naik bahkan cenderung menurun.
9. Perkembangan tubuh anak terhambat, seperti telat menarche (menstruasi pertama anak perempuan).
Penyebab Stunting pada Anak
– Ibu kurang gizi selama hamil. Sebanyak 20 persen stunting sudah terjadi sejak anak dalam kandungan. Ini karena selama hamil ibu tidak mengonsumsi gizi yang cukup sehingga nutrisi yang diterima janin cenderung sedikit.
Akhirnya, pertumbuhan di dalam kandungan mulai terhambat dan terus berlanjut setelah kelahiran.
– Kebutuhan gizi anak tidak tercukupi. Kondisi ini juga bisa terjadi akibat makanan balita saat masih di bawah usia 2 tahun yang tidak tercukupi, seperti posisi menyusui yang kurang tepat, tidak diberikan ASI eksklusif, hingga MPASI (makanan pendamping ASI) yang kurang berkualitas. Kondisi ini akan terlihat pada grafik tumbuh kembang anak yang terus menurun.
Pada anak yang berusia di bawah 2 – 3 tahun, rendahnya pengukuran grafik tinggi badan menurut usia (TB/U) bisa menggambarkan proses stunting yang sedang berlangsung.
Sementara pada anak yang berusia lebih dari itu, kondisi tersebut menunjukkan kalau kegagalan pertumbuhan anak memang telah terjadi (stunted).
– Terbatasnya akses pelayanan kesehatan, termasuk layanan kehamilan dan postnatal (setelah melahirkan).
– Kurangnya akses air bersih dan sanitasi.
– Kurangnya akses makanan bergizi karena tergolong mahal.
Mencegah Stunting
Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.
Adapun 3 hal yang harus diperhatikan dalam mencegah stunting Menteri Kesehatan RI adalah:
1. Perbaikan Pola Makan
Perbaikan pola makan dilakukan dengan memberikan makanan yang beragam kepada bayi. Makanan yang diberikan juga harus bergizi seperti karbohidrat, protein hewani, protein nabati, vitamin dari sayur dan buah serta susu.
Mengapa perlu makanan yang beragam, agar bayi mendapat variasi gizi dalam setiap makanan yang diberikan.
Selain itu mencegah kebosanan bayi untuk makan dengan menu yang sama setiap harinya.
2. Perbaikan Pola Asuh
Perbaikan pola asuh adalah perbaikan sikap orangtua kepada bayinya. Seperti misalnya sikap pemberian makanan yang teratur, bergizi dan berkualitas.
Selain itu pola asuh juga terkait dengan kebiasaan orangtua menjaga kebersihan dan kesehatan anaknya dengan memperhatikan pola tidur, dan pola hidup sehat anak.
3. Perbaikan sanitasi dan akses air bersih
Stunting juga dipengaruhi dengan rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih.
Karenanya, pemerintah mendukung perbaikan akses sanitasi dan air bersih demi mencegah berbagai penyakit termasuk stunting.
Demikian ulasan mengenai pengertian stunting, ciri, penyebab, hingga cara mencegahnya. Semoga bermanfaat. (*)