Pelayananpublik.id- Dalam belajar membaca Alquran, tentu Anda harus mengenal tajwid salahsatunya adalah mad. Mad merupakan salahsatu hukum bacaan yang harus dikuasai sebelum bisa fasih membaca Alquran.
Hukum bacaan mad yang artinya melanjutkan.
Dalam ilmu tajwid, mad adalah memanjangkan bacaan.
Mad artinya memanjangkan suara dengan lanjutan menurut kedudukan salah satu dari huruf mad.
Panjang pendeknya bacaan mad diukur dengan menggunakan harakat yang sama.
Secara umum, mad terbagi dua bagian, yaitu mad asli dan mad far’i. Terdapat tiga huruf mad yaitu alif, wau, dan ya’ dan huruf tersebut haruslah berbaris mati atau saktah.
Sedangkan untuk mengukur pajang pendeknya suatu mad adalah menggunakan istilah harakat, seperti dua harakat, tiga harakat, empat harakat dan seterusnya.
Mad secara istilah mempunyai arti panjang. Dalam hal ini, hukum mad dibaca panjang, ketika huruf hijaiyah bertemu dengan beberapa huruf mad, yaitu hamzah, wawu, dan ya.
Dikutip dari buku Dasar-dasar Ilmu Tajwid oleh Marzuki dan Choirol Ummah, ada beberapa cara membaca mad adalah dengan memanjangkan suara ketika bertemu huruf mad seperti berikut:
– Huruf wawu mati ( وْ ) yang berada setelah huruf yang berharakat dhammah ( ُ- ).
– Huruf ya’ mati ( يْ ) yang berada setelah huruf yang berharakat kasrah ( ِ- ).
– Huruf alif ( ا ) yang berada setelah huruf berharakat fathah ( ﹷ )
Jenis Mad
Seperti yang telah disebutkan di atas, hukum mad dibagi menjadi dua, yakni mad thabi’i dan mad far’i.
1. Mad Thabi’i
Mad thabi’i adalah mad yang dibaca panjang dua harakat (dua ketukan) jika huruf mad tidak bertemu dengan huruf mati/sukun (ه) dan hamzah (ء).
Mad Thabi’i juga kerap disebut dengan istilah lain sebagai Mad Ashli, ini artinya adalah asal mula suatu kejadian, dan ini adalah merupakan kunci utama dalam belajar tentang hukum-hukum dari Mad Far’i.
Hukum Mad Thobi’i ini berlaku ketika:
– Huruf hijaiyah dengan harakat Fathah ( ــــَــ ) ketemu dengan huruf hijaiyah Alif ( ا );
– Huruf hijaiyah dengan harakat Kasrah ( ـــــِـــ ) ketemu huruf hijaiyah Ya Sukun ( يْ );
– Huruf hijaiyah dengan harakat Dhammah ( ـــــــُــــــ ) ketemu dengan huruf Waw sukun ( وْ )
maka huruf-huruf itu dibaca dengan panjang 1 alif atau 2 harakat.
Contoh Mad Thobi’i atau Mad Ashli Huruf Alif [ا]
حَامِيَةٌ : haamiyatun
سَالِمٌ : saalimun
Contoh Mad Thobi’i atau Mad Ashli Huruf Waw Sukun [ وْ ]
شَكُوْرٌ = syakuurun
غَفُوْرٌ = ghofuurun
Contoh Mad Thobi’i atau Mad Ashli Huruf Ya Sukun [يْ ]
بِصِيْرٌ = bashiirun
خَبِيْرٌ = khobiirun
2. Mad Far’i
Mad far’i adalah cabang dari mad thabi’i atau mad thabi’i yang sudah berubah cara dibacanya karena beberapa sebab. Salah satu sebabnya adalah mad jaiz munfasil.
Dalam Kitab Hidayatush Shibyan disebutkan:
“Apabila ada huruf mad yang bertempat di akhir kata setelah itu terdapat hamzah yang bertempat di kata yang lain setelahnya dan tidak ada yang memisahkan antara mad dan hamzah tersebut, maka disebut mad jaiz munfasil seperti lafadz لا اِليَ.”
Mad Far’i adalah mad yang merupakan hukum tambahan dari mad asli (sebagai hukum asalnya), yang disebabkan oleh hamzah atau sukun.
Mad Far’i sendiri terbagi atas beberapa jenis yakni:
– Mad Jaiz Munfashil
Mad jaiz munfasil ini merupakan mad thabi’i yang bertemu dengan hamzah, namun tidak dalam satu kata. Cara membacanya adalah dipanjangkan sampai dua setengah alif atau lima harakat.
Sebab Jaiz artinha boleh dan Munfashil berarti terpisah atau di luar kata
Mad Jaiz Munfashil ini terjadi ketika ada huruf Mad Thobi’i yaitu ( ــــــَــــــ ا ; يْ ـــــــِــــــ ; وْ ـــــــُـــــــ ) ketemu dengan huruf hijaiyah Alif (ا) yang mempunyai harakat Fathah, harakat Kasrah, ataupun harakat Dhammah ( اَ – اِ – اُ )
Adapun cara membaca dari Mad Jaiz Munfashil yakni boleh panjang 1 alif [2 harakat], 2 alif [4 harakat], ataupun juga bisa 3 alif [6 harakat]. Begini contohnya:
وَﻻَأنْتُمْ بِمَا أُنْزِلَ
– Mad Wajib Muttasil
Mad Wajib atau Mad Muttashil adalah mad yang harus bersambung. Hukum dari Mad Wajib Muttashil yaitu hukum tajwid yang terjadi ketika huruf hijaiyah Mad Thobi’i ( ــــــَــــــ ا ; يْ ـــــــِــــــ ; وْ ـــــــُـــــــ ) ketemu dengan huruf hijaiyah Hamzah dengan harakat Fathah [Fathatain], dengan harakat Kasrah [Kasratain], atau juga dengan harakat Dhammah [Dhammatain] ( ءَ / ءً – ءِ / ءٍ – ءُ / ءٌ ).
Dan inti utama dari Mad Wajib Muttashil ini yaitu Huruf Mad Thobi’i bertemu Hamzah dan ini dalam satu kata atau bersambung.
Jadi bisa disimpulkan cara membaca atau panjangnya bacaan dari Hukum Mad Wajib Muttashil ini adalah wajib 6 ketukan [harakat] dan ini tidak bisa ditawar lagi.
Ketika bacaan terkena Mad Muttashil biasanya ditandai dengan garis yang melengkung tebal dan tanda ini mirip seperti gambar pedang, yang letaknya berada di atas dari huruf Mad Thabi’i ataupun terletak di antara Huruf hijaiyah Mad Thabi’i dan huruf hijaiyah Hamzah.
Contohnya:
سَوَآءٌ – جَآءَ – جِيْءَ
-Mad Lazim Harfi Mukhaffaf
Selain itu, ada pula yang disebut Mad Lazim Harfi Mukhaffaf. Yakni hukum mad yang terjadi pada huruf-huruf hijaiyah tunggal di awal surah-surah di dalam kitab Al-Qur’an Al Karim. Dan ini hanya dibaca dengan menyebutkan nama-nama huruf hijaiyah-nya saja.
Adapun cara membaca mad jenis ini adalah kombinasi dari 14 huruf yang berada di 13 ‘Ayat pembuka’, pada 29 Surah di dalam kitab suci Alquran.
Contohnya:
الۤمّۤ, الۤمّۤصۤۚ
– Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi
Mad jenis ini masih termasuk ke dalam macam-macam mad. Mad ini terjadi jika ada Mad Thabi’i bertemu dengan tasydid pada satu kata atau ayat.
Cara membaca mad ini adalah harus panjang selama tiga kali Mad Thabi’i atau sekitar enam harakat. Contohnya:
وَﻻَالضَّآلِّينَ اَلصّاخَةُ
– Mad Layin
Mad layin adalah hukum mad yang terjadi jika setelah huruf yang berharakat fatha wau sukun atau ya’ sukun. Cara membacanya adalah dengan membaca mad dengan sekedar lunak dan lemas saja. Contohnya:
رَيْبٌ خَوْفٌ
– Mad ‘Aridh Lissukun
Mad ‘Arid Lissukun dibaca jika terdapat waqaf atau tempat pemberhentian membaca, sedangkan sebelum waqaf tersebut terdapat Mad Thobi’i atau Mad Layin. Contohnya: بَصِيْرٌ خَالِدُوْنَ والنَّاسِ سَمِيْعٌ
Demikian ulasan mengenai apa itu mad, fungsi, jenis hingga cara membacanya. Semoga bermanfaat. (*)