Pelayananpublik.id- Program Kartu Prakerja telah bergulir hingga gelombang 17. Program bertujuan untuk meningkatkan skill masyarakat dengan pelatihan yang telah disediakan
Antusiasme masyarakat juga tinggi mengikuti program ini karena disediakan pula uang saku atau insentif setelah mengikuti pelatihan online.
Insentif yang diberikan pun lumayan besar yakni total Rp3,5 juta.
Setelah mendapatkan insentif itu, peserta biasanya membelikannya untuk kebutuhan sehari-hari, bukan tambahan modal usaha.
Fakta ini diketahui dari hasil survei program Kartu Prakerja oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia.
Survey itu mengungkapkan bahwa sebanyak 86,7 persen penerima insentif program Kartu Prakerja menggunakannya untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Peneliti dari CSIS Indonesia, Fajar B Hirawan juga menjelaskan sebanyak 63,4 persen responden menggunakannya untuk membayar listrik atau air, 51,9 persen untuk membeli pulsa atau paket internet, dan hanya 42,4 responden yang menggunakan insentif untuk menambah modal usaha.
“Yang menarik 42,4 persen digunakan untuk menambah modal usaha. Ini mungkin kaitannya dengan bagaimana caranya program Kartu Prakerja ini bisa memberikan kail daripada hanya memberikan ikan saja,” tutur Fajar.
Daripada menjadi modal usaha, Insentif Kartu Prakerja ternyata lebih digunakan untuk kebutuhan transportasi, ongkos atau biaya mencari kerja, membayar pendidikan, membayar biaya kesehatan, membayar sewa kos atau rumah, membayar utang, dan menabung.
Insentif yang digunakan untuk menabung, meskipun hanya 10,5 persen responden yang melakukannya, tapi ini menunjukkan bahwa peserta Kartu Prakerja memiliki literasi keuangan yang sangat baik.
Fakta menarik, dari 10,5 persen responden yang menggunakan insentif untuk menabung, sebanyak 77,3 persen di antaranya bertujuan menjadikannya sebagai dana darurat atau untuk berjaga-jaga.
“Di sini kita melihat literasi keuangan dari penerima Kartu Prakerja sangat baik, khususnya di tengah pandemi mereka berusaha mengalokasikan dana darurat untuk jaga-jaga jika keadaan tidak membaik, atau masih kurang membaik khususnya di masa krisis,” kata Fajar. (*)