Cara Budidaya Jahe yang Benar Agar Hasil Optimal

Pelayananpublik.id- Jahe merupakan salahsatu rempah yang biasa dipakai untuk memasak makanan sehari-hari.

Cita rasanya yang pedas dan hangat juga membuat tenggorokan lega ketika diminum bersama air hangat atau teh. Sehingga ada namanya wedang jahe, susu jahe bahkan kopi jahe.

Jahe juga diketahui mengandung zat antioksidan sehingga sering dijadikan obat seperti obat batuk dan minuman untuk meningkatkan imunitas tubuh.

bank sumut selamat hari raya idul fitri

Jahe merupakan tanaman umbi-umbian yakni akarnya yang akan dimanfaatkan. Karena itu jahe merupakan komoditas komersial yang hingga saat ini dibutuhkan pasar. Tak heran banyak petani yang menanam jahe di Indonesia.

Bukan hanya petani, banyak orang yang menanam jahe di sekitar rumah atau di pekarangan. Bisanya jahe ditanam begitu saja tanpa ada perawatan spesial.

Namun, bagi Anda yang ingin membudidayakan jahe dengan benar, Anda perlu mengetahui beberapa hal agar hasil panennya lebih optimal.

Syarat Tumbuh Tanaman Jahe

Jahe memang mudah ditanam di mana saja. Namun ada syarat tempat dimana jahe bisa tumbuh dengan baik dan menghasilkan umbi yang maksimal.

Adapun lingkungan yang mendukung pertumbuhan ideal tanaman jahe adalah tanah di tempat terbuka, cukup kandungan air, oksigen tanah dan intensitas cahaya.  Tipe iklim (curah hujan), tinggi tempat dan jenis tanah merupakan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih daerah/lahan yang cocok untuk menanam jahe.

Cara Menanam Jahe

1. Pembibitan

Jahe diperbanyak dengan menggunakan stek rimpang. Untuk mendapatkan benih yang baik rimpang perlu diseleksi. Benih yang akan digunakan harus jelas asal usulnya, sehat dan tidak tercampur dengan varietas lain. Yang dimaksud, benih yang sehat adalah berasal dari pertanaman yang sehat dan tidak terserang penyakit.

2. Pengolahan Lahan

Seperti tanaman lainnya, lahan untuk menanam jahe juga harus dipersiapkan dengan baik.

Jadi tanah harus diolah agar gembur, subur, berhumus, berdrainase baik dan beraerasi baik, serta bersih dari gulma.

Tanah yang gembur akan memberikan kesempatan kepada rimpang jahe untuk tumbuh dengan leluasa. Tanah liat  yang kurang diolah menyebabkan rimpang jahe tertekan, sedangkan tanah berkerikil menyebabkan rimpang tergores sehingga hasil tidak maksimal.

3. Penanaman Bibit

Setelah lahan dan bibit selesai, maka saatnya menanam bibit jahe. Jika jahe akan ditanam di tanah tegalan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan.

Tapi jika jahe akan ditanam di daerah dengan curah hujan tinggi maka penanaman dapat dilakukan sepanjang tahun.

Pengaturan jarak tanam perlu diperhatikan karena merupakan salah satu cara untuk meningkatkan hasil rimpang per satuan luas. Semakin subur tanah, jarak tanam makin diperjarang agar rimpang bisa tumbuh maksimal dan leluasa.

4. Pemupukan

Setelah ditanam, lakukan pemupukan agar unsut hara tanah terpenuhi. Oleh karenanya, pemupukan mutlak diperlukan terutama pada lahan yang kurang subur. Pemupukan memegang peranan penting untuk meningkatkan hasil rimpang, yaitu pupuk lorganik untuk memperbaiki tekstur tanah dan aerasi tanah, dan pupuk anorganik terutama N, P, dan K.

5. Penyulaman

Pada proses budidaya tanaman jahe, ada yang namanaya penyulaman. Penyulaman ini dilakukan terhadap tanaman yang mati atau pertumbuhannya tidak baik.

Tujuan penyulaman adalah untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam serta waktu panen yang serempak. Penyulaman dilakukan pada umur 1-1,5 bulan dengan menggunakan benih cadangan yang telah diseleksi dan disemaikan.

Namun penyulaman tidak boleh dilakukan pada tanaman mati akibat penyakit layu bakteri. Dan untuk mencegah penularan, pada bekas tanaman itu sebaiknya diberi kapur.

6. Penyiangan

Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman jahe berumur 2-4 minggu, kemudian dilanjutkan 4-6 minggu sekali tergantung kepada banyaknya gulma yang tumbuh.

Penyiangan setelah tanaman jahe berumur 4 bulan perlu dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran dan melukai rimpang yang dapat menyebabkan masuknya bibit penyakit.

7. Pembumbunan

Setelah penyiangan, tanaman jahe juga perlu pembumbunan yang bertujuan untuk menggemburkan tanah sekaligus agar rimpang yang muncul tertutup tanah.

Ini dilakukan dengan menimbun pangkal batang dengan tanah setebal kurang 5 cm dan dilakukan pada waktu telah terbentuk rimpang dengan 4-5 anakan. Ini mencegah rimpang muncul ke permukaan tanah dan menjadi hijau karena terkena sinar matahari.

Pengendalian Hama Jahe

Untuk hasil yang optimal, tanaman jahe harus bebas dari hama. Dengan demikian hasil panen bisa melimpah sesuai ekspektasi.

Adapun hama yang biasa mengganggu tanaman jahe adalah:

– Kepik, menyerang daun tanaman     hingga berlubang-lubang.

– Ulat penggerek akar, menyerang akar tanaman jahe hingga menyebabkan tanaman jahe menjadi kering dan mati.

– Kumbang

Adapun penyakit sering menyerang tanaman jahe adalah :

– Penyakit layu, gejalanya helaian daun bagian bawah melipat dan menggulung kemudian terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning dan mengering. Kemudian tunas batang menjadi busuk dan akhirnya tanaman mati rebah. Selain itu, jika rimpang dipotong maka akan keluar lendir berwarna putih susu atau coklat.

Pengendalian:

– jaminan kesehatan bibit jahe;
– karantina tanaman jahe yang terkena
– pengendalian dengan pengolahan tanah yang baik, pengendalian fungisida dithane M-45

Proses Panen

Proses panen tanaman jahe dilakukan sesuai kebutuhan. Jika jahe diperuntukkan untuk bumbu masakan maka jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan dengan cara mematahkan sebagian rimpang dan sisanya dibiarkan sampai tua.

Sementara jika jahe untuk dipasarkan maka jahe dipanen harus cukup tua. Umur tanaman jahe yang sudah bisa dipanen antara 10-12 bulan.

Adapun ciri jahe yang sudah bisa dipanen adalah warna daunnya sudah berubah dari hijau menjadi kuning dan batang semua mengering.

Nah, cara memamen jahe bisa dibilang mudah, namun harus tetap hati-hati. Caranya, bongkar tanah menggunakan alat garpu atau cangkul, namun harus hati-hati agar m rimpang jahe terluka. Selanjutnya tanah dan kotoran lainnya yang menempel pada rimpang dibersihkan dan bila perlu dicuci.

Kemudian jemurlah dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu. Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak lembab dan penumpukannya jangan terlalu tinggi melainkan agak disebar.

Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm.

Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.

Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).

Demikian ulasan mengenai cara budidaya jahe yang benar agar hasilnya optimal. Semoga menambah wawasan Anda. (*)