Kemenkeu Akui Selama Pandemi Minat Investasi Meningkat Tajam

Pelayananpublik.id- Literasi keuangan masyarakat khususnya mengenai investasi keuangan tampaknya terus meningkat. Jika sebelumnya masyarakat hanya fokus dalam menyimpan uang, kini mereka bahkan dari kaum muda sudah terlibat dalam investasi.

Bahkan di masa pandemi, minat investasi justru meningkat tajam dari tahun-tahun sebelumnya.

Hal itu dikatakan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) Luki Alfirman.

bank sumut selamat hari raya idul fitri

Ia mengatakan pihaknya mencatat peningkatan signifikan investor ritel di Surat Berharga Negara (SBN).

“Sepanjang 2020, SBN ritel mencatat penjualan Rp 76,8 triliun, naik dari Rp 49,4 triliun pada 2019. Investasi di SBN banyak diminati karena aman, terhindar dari risiko gagal bayar, dan nilai kupon yang bersaing,” kata dia dikutip dari Republika, Jumat (26/2/2021).

Peningkatan investor ritel milenial, kata dia, juga terjadi karena sistem pemesanan dapat dilakukan secara online sehingga memudahkan transaksi.

Ia juga mengatakan tahun ini, pemerintah telah menerbitkan SBN yakni seri ORI019 dengan perolehan signifikan hingga Rp 26,7 triliun, tertinggi sepanjang sejarah penerbitan SBN ritel.

“ORI019 ini dibeli oleh 48 ribu investor dan sebanyak 45 persennya adalah investor baru,” katanya.

DJPPR kembali menerbitkan SBN Ritel seri SBSN Sukuk Ritel SR014 dengan kupon 5,47 persen hari ini. Penawaran akan berlangsung hingga 17 Maret 2021 dan dapat dipesan melalui 30 mitra distribusi secara online.

Terkait itu, Luki optimistis penerbitan kali ini juga dapat disambut dengan baik oleh masyarakat. Seperti yang terjadi pada SR seri-seri sebelumnya yang telah dibeli 350 ribu investor di seluruh indonesia senilai Rp 204,6 triliun.

Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR, Dwi Iriani Hadiningdyah mengatakan peningkatan investor ritel ini memang cukup mengagetkan. Fenomena dan tren berinvestasi kini telah marak di masyarakat.

“Masyarakat ternyata memanfaatkan kondisi yang ada, dana mereka yang tidak bisa di-spending disimpan di instrumen investasi agar bisa tumbuh,” katanya. (*)