Festival Kopi di Sidamanik Memotong Rantai Pemasaran, Petani dan Pembeli Diuntungkan

Pelayananpublik.id – Festival tahunan kopi rakyat kembali diselenggarakan Bitra Indonesia dan Rainforest Alliance. Festival tahun ini diselenggarakan di area perkebunan kopi seluas 850 hektare, Nagori Sait Buttu Saribu, Kecamatan Pematangsidamanik (Sidamanik), Kabupaten Simalungun pada Selasa (3/3/2020).

Festival Kopi Rakyat ini merupakan program Toba Project untuk pendampingan dan pemberdayaan kopi yang telah berjalan sejak tahun 2017 atas dukungan Rainforest Alliance.

Pada tahunan ini, Bitra Indonesia, sebagai lembaga non-profit membuat skema pertemuan langsung petani kopi dengan para buyer (pembeli).

bank sumut selamat hari raya idul fitri

Dengan skema tersebut diharapkan ada kesepakatan transaksi dan memotong rantai pemasaran.

Direktur Bitra Indonesia, Rusdiana mengatakan ada 16 pembeli yang datang untuk melihat hasil tani kopi di daerah tersebut. Para pembeli itu berasal dari berbagai daerah di Sumatera Utara.

“Selama ini mereka kita latih untuk bisa bertani sesuai dengan standart industri kopi yang diinginkan pasar dunia. Tapi karena ini masih jauh dalam perjalanan ke sana, kita coba pertemukan mereka dengan pembeli kecil-kecilan dulu dari Sumatera Utara. Kita yakin petani dan pembeli saling menguntungkan,” terang Rusdiana.

Beberapa tahun belakangan ini, kopi menjadi komuditas yang paling pesat peminatnya. Berbagai jenis olahan kopi kekinian tumbuh di kota-kota besar di dunia.

(foto : Festival tahunan kopi rakyat di Sidamanik oleh Bitra Indonesia dan Rainforest Alliance. ist)

Bitra menemukan konsep pola bercocok tanam petani di Nagori Sait Buttu, Kecamatan Pematangsidamanik masih minim literasi. Kopi di sini belum mampu mendongkrak ekonomi rumah tangga.

“Kualitas kopi sudah meningkat setelah Bitra mengedukasi petani kopi di sini. Kami juga berharap festival ini bisa memotong rantai pemasaran yang panjang,” ujar Rusdiana.

Saat ini ada 12 kelompok tani yang jumlah masing-masing per kelompok adalah 20 orang. Setiap orang dalam kelompok ini memiliki minimal 1 hektar perkebunan kopi.
Ke-12 kelompok tani ini dibina oleh Bitra dengan menerapkan metode good agriculture practysis, yakni pertanian kopi diselingi tumbuhan pelindung.

Wakil Direktur Bitra, Iswan Kaputra menambahkan, selain melatih pertanian, pihaknya juga memberikan desain manajemen untuk mengelola kopi dengan kesamaan gender. Di mana suami dan istri sama-sama mengelola pertanian kopinya.

“Adapun untuk varietas yang ditanam di Pematangsidamanik sendiri adalah Arabika mengingat merupakan primadona di pasaran,” ujar Iswan.

Festival tahunan kopi rakyat itu diikuti oleh para kelompok petani kopi. Para petani kopi juga diedukasi untuk pengemasan (packaging) agar lebih menarik.

“Kita ingin masa depan kopi Simalungun sama seperti kopi daerah lainnya yang sudah terkenal dalam beberapa tahun ke depan,” kata Direktur Rainforest Alliance, Chandra Wibowo.

Di tempat yang sama, Wakil Bupati Simalungun Amran Sinaga mengatakan akan duduk bersama para petani kopi untuk mendapatkan kesepakatan nilai soal kopi Sidamanik. Ia berjanji Pemkab setelah ini akan duduk bersama dengan para stakeholder industri kopi di Indonesia.

“Produksi kopi kita memang masih rendah. Belum lagi soal harga dan grade yang berbeda-beda di Simalungun, seperti di Raya beda, di Sidamanik ini beda, nanti kita duduk bersama soal ini,” janji Amran Sinaga.