Kopi Bertahan dari Erupsi Sinabung, Berawal dari Tanaman Pagar Hingga Menopang Perekonomian Petani

Pelayananpublik.id – Erupsi besar gunung Sinabung pada bulan Agustus tahun 2010 selalu berdampak buruk bagi perekonomian warga Kabupaten Karo yang sebagian besar berprofesi sebagai petani sayur dan buah.

Tanaman sayur dan buah bisa rusak ketika terkontaminasi abu vulkanis yang turun di lahan pertanian warga.

Pasrah yang bisa mereka lakukan. Terlebih, erupsi Sinabung sangat sering terjadi.

hari jadi pelayanan publik

Namun, di antara tanaman yang rusak akibat terkontaminasi abu vulkanis. Ada satu tanaman yang mulanya ‘diabaikan’ petani karena nilai ekonomisnya lebih rendah dari sayur dan buah.

Tanaman tersebut adalah kopi. Untuk mendapatkan penghasilan, para petani di desa Pancur Siwah, Kabupaten Karo mencoba budidaya kopi.

Karena masih minimnya pengalaman dalam budidaya kopi, mulanya para petani hanya bisa setahun sekali untuk panen raya.

Namun setelah mendapat pendampingan dari organisasi Bina Keterampilan Pedesaan (BITRA) Indonesia lewat program ‘Toba Project’, para petani kopi bisa mendapat panen raya 2 kali dalam setahun.

Melalui Program Toba Coffe,  BITRA Indonesia memberikan edukasi ke kelompok petani kopi Pancur Siwah dan Cimbang Sinabung.

Ketua kelompok tani Pancur Siwah, Erno Bangun mengatakan para petani sempat kebingungan karena tanaman mereka rusak akibat abu vulkanis erupsi Sinabung.

“Tanaman pertanian rusak karena erupsi, hanya tumbuhan kopi saja yg tersisa. Sedangkan pada saat itu tanaman kopi hanya dijadikan tumbuhan pagar untuk hasil pertanian sayur dan buah,” terang Erno di Desa Pancur Siwah pada Senin (21/10/2019).

Sejak saat itu mereka berinisiatif untuk menanam kopi sebagai pengganti tumbuhan alternatif untuk ditanam di lahan mereka. Sejak mulai budidaya kopi, mereka mulai merasakan manfaatnya dengan mendapatkan keuntungan yang lumayan baik.

“Bitra sejak tahun 2017 memberikan pendampingan dan pendidikan terkait budidaya tanaman kopi. Mereka mengajari cara menanam kopi dan mengelola perkebunan kopi dengan baik. Sejak mendapat pendampingan hasil panen jauh lebih baik dari semula,” tambahnya.

Sebagai contoh, sebelum mendapat edukasi terkait budidaya kopi, Petani hanya bisa panen raya sekitar 8 sampai 10 bulan sekali atau sekali setahun.

Sedangkan setelah menerima pendampingan dan edukasi dari Bitra mereka bisa melakukan panen raya 2 kali dalam setahun.

Erno menuturkan pendapatan mereka perbulan sangat terbantu, bisa mendapatkan hasil hingga dua juta rupiah perbulan.

“Jika panen raya pendapatan bisa meningkat hingga 5 kali lipatnya atau sekitar 10 juta. Saat ini kami bisa memenuhi kebutuhan hidup dari hasil pertanian kopi,” pungas Erno.