Universal: Pengertiannya di Bidang, Seni, Sosiologi, Filsafat, Beserta Contohnya

Pelayananpublik.id- Kata “universal” merupakan hal yang seringkali terdengar dalam sebuah wacana baik lisan maupun tertulis.

Universal berasal dari bahasa Inggris yakni universe yang artinya dunia. Sehingga universal bersifat luas, umum dan bisa diterima siapa saja di dunia ini.

Universal adalah sesuatu yang sifatnya umum dan berlaku bagi semua orang. Sebagian ahli juga menyebut universal juga dapat diartikan sebagai suatu konsep dimana satu hal dapat digunakan untuk semuanya.

bank sumut selamat hari raya idul fitri

Istilah universal juga banyak digunakan dalam berbagai bidang. Di antaranya seni budaya, sosiologi, matematika, dan lain sebagainya.

1. Bidang Sosiologi

Universal dalam bidang sosiologi adalah suatu keadaan dimana beberapa kelompok yang di dalamnya terdiri dari berbagai individu dari kalangan yang berbeda, melakukan kegiatan secara bersama-sama.

Kegiatan universal berarti bukan hanya untuk satu agama, atau kelompok tertentu tapi seluruhnya misalnya kerja bakti atau gotong-royong membersihkan lingkungan setempat.

2. Bidang Seni Budaya

Universal dalam bidang Seni budaya adalah sesuatu yang sifatnya dapat diterima dan dinikmati oleh siapa saja dan di mana saja.

Setiap invidividu pasti memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap suatu karya seni. Sebuah karya seni pasti ada yang menyukai, tapi ada juga yang tidak menyukai.

Jika suatu karya seni budaya disukai oleh banyak orang, maka karya seni tersebut dapat disebut sebagai suatu karya yang baik, dan begitu sebaliknya. Hal ini sifatnya umum karena telah menjangkau ide dan pemikiran banyak orang (universal).

Salah satu contohnya adalah seni musik dangdut. Masyarakat Indonesia sudah menganggap jenis musik dangdut sebagai musik universal karena dapat diterima oleh berbagai kalangan masyarakat. Berbeda dengan musik Grindcore yang hanya dapat diterima dan dinikmati oleh sebagian orang saja.

3. Bidang Filsafat

Nah, dalam bidang filsafat, ada istilah kebenaran universal, yaitu kebenaran yang sifatnya umum tak terbatas ruang dan waktu.

Banyak yang menganggap bahwa pemikiran filsafat dapat mencapai kebenaran universal, yaitu suatu kebenaran yang berlaku kapan saja dan di mana saja.

Kebenaran yang universal tentu saja berdasarkan logika dan pembuktian yang tidak terbantahkan. Misalnya gula itu manis.

Terkakit ini, beberapa filsuf terkenal seperti Sokrates dan Aristoteles berupaya mencari arti universal dengan menggunakan logika.

Usaha untuk memperoleh pengertian universal (umum) didominasi oleh filsuf-filsuf Skolastik, di antaranya Johanes Scortus Eriuygena, Thomas Aquinas, Boethius, Anselmus,Petrus Abaelardus, Albertus Agung, dan William dari Ockham.

Pola Pikir Universal

Pola pikir universal artinya pemikiran yang mempunyai wawasan yang luas dan dalam, yang dalam dunia modern saat ini boleh disebut sebagai pola pikir universal. Pola pikir universal adalah pola pikir yang memandang segala sesuatunya dari berbagai sudut pandang dan menghilangkan perbedaan-perbedaan kecil dalam menghadapi sebuah permasalahan.

Pola pikir universal sangat diperlukan dalam menghadapi era globalisasi. Karena pola pikir kuno sulit diterapkan pada masa kimi.

Globalisasi mempunyai dampak “hilang”nya batas-batas Negara, (dekadensi) kultur dan (degradasi) kebudayaan.

Semua akan mengerucut pada kemanunggalan umat manusia yang memiliki tempat tinggal yang sama: Bumi. Untuk itulah diperlukan penyamaan pola pikir sebelum menghadapi segala permasalahan, baik yang lokal maupun global.

Karena tujuan akhir dari pola pikir universal adalah hidup berdampingan dalam kebersamaan dalam perdamaian.

Ada syarat-syarat untuk mempunyai pola pikir universal ini, diantaranya adalah:

1. Berpikir di luar kotak (think outside the box) Dalam menghadapi setiap permasalahan, setiap manusia selalu cenderung mengedepankan ego yang dimilikinya. Pemikiran egois inilah sebenarnya yang membuat perbedaan satu dengan yang lainnya.

Ego dalam arti luas bisa dalam koridor politik, hukum, kultur dan budaya, yang bisa menimbulkan friksi-friksi dalam menyelesaikan perbedaan pandangan atau pendapat. Untuk itulah diperlukan pemikiran yang mempunyai wawasan yang luas dan dalam (universal) dan melihat sebuah permasalahan secara menyeluruh.

2. Jangan mengalah atau mengalahkan

Ini disebabkan karena dengan mengalah, manusia tetap menyimpan benih-benih perbedaan, yang bila ditumpuk akan menjadi sebuah bom waktu yang setiap saat akan meledak.

Bukan saja menimbulkan friksi, tetapi juga akan mengakibatkan peperangan. Jalan keluarnya adalah saling introspeksi ke dalam mengenai keinginan dan kenyataan serta memadukannya dalam perbedaan-perbedaan yang ada, dalam koridor kebersamaan.

3. Berdiskusi bukan berdebat

Dalam perbedaan pandangan ada banyak hal-hal yang menyebabkan friksi-friksi dalam hubungan kemanusiaan.

Untuk itu jika diperdebatkan maka akan muncul masalah dan ketegangan.

Jadi jangan memperdebatkannya tapi diskusikan sehingga dapat jalan keluar.

Demikian ulasan mengenai pengertian universaldi Bidang, Seni, Sosiologi, Filsafat, Beserta Contohnya. Semoga bermanfaat. (Nur Fatimah)