Pelayananpublik.id –Suraji (60) namanya, sudah 13 tahun terpisah dari keluarga karena peristiwa nahas yang menimpanya. Kini ia tinggal di gubuk kardus berukuran 2 x 1 meter yang berada di tengah Kawasan Industri Medan (KIM), Kota Medan.
Senyum ramah terlihat di wajah kek Suraji saat disambangi di gubuk reotnya. Dengan mengenakan celana kusam dan tanpa mengenakan baju, Suraji menceritakan kisah pilunya.
Suraji bukanlah warga Kota Medan, dia berasal dari Dusun Lego, Desa Talun, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. 13 tahun silam demi menggapai impian membahagiakan keluarga kecilnya, dia memberanikan diri merantau ke Pulau Sumatera, tepatnya di kota Medan.
“Dulu saya ditawarkan seseorang untuk bekerja di salah satu pabrik di kota Medan. Saya berangkat dari kampung halaman ke Medan dengan menumpangi kapal laut,” kata Suraji saat dikunjungi tim MRI-ACT Sumut, Sabtu (17/8/2019).
Iming-iming gaji Rp3 juta per bulan yang ditawarkan membuat Suraji tergiur. Dia pun rela meninggalkan istrinya, Jumirah dan ketiga putrinya, Sira, Nila, Bila di kampung halaman.
13 tahun lalu ketika dia tiba di dermaga Belawan, Kota Medan. Nasib nahas tak dapat diterhindar, Suraji kecopetan. Seluruh uang berikut surat-surat, kartu identitas serta catatan kontak keluarga yang ada didompetnya pun raib.
Suraji pun pasrah tidak dapat melakukan apapun lagi. Ia mencoba mencari kabar orang yang pernah menjanjikan dia pekerjaan itu, namun hingga kini setelah 16 tahun pun tidak ada kabar sama sekali.
Kini yang dirasakannya saat ini di luar harapan, Suraji hanya menjadi seorang pemulung dan mencari nafkah dengan cara memulung botol-botol bekas. Dalam sehari ia hanya mampu menghasilkan paling banyak Rp20 ribu.
Upaya untuk bertahan hidup yang akhirnya membuat Suraji harus menjadi pemulung. kini memulung botol bekas di sekitar KIM dengan penghasilan yang tidak tetap.
“Kadang ada orang baik yang memberi rezeki ke saya. Kalau makan saat ada uang saja,” jelasnya sembari tersenyum.
Terkadang, saat tidak ada makanan. Suraji terpaksa memungut atau meminta jeroan ayam yang sudah tidak terpakai di pasar untuk dikonsumsi.
Kini, harapannya hanya ingin dapat kembali pulang ke kampung halaman dan berkumpul kembali dengan keluarganya. (ACT)