Pelayananpublik.id- Bencana banjir telah melanda sejumlah wilayah di Sumut, yang mengakibatkan ada banyak lahan sawit terendam banjir.
Akibat banjir yang disertai hujan deras telah memicu terjadinya penurunan pada sisi produksi minyak kelapa sawit. Khususnya di wilayah Aceh Tamiang, Langkat dan Tapanuli.
Hal itu dikatakan pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin.
ia mengatakan wilayah Langkat dan Aceh Tamiang, ditemukan banyak Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang memilih menutup operasionalnya selama bencana berlangsung.
Sejumlah perusahaan setidaknya menutup PKS paling lama sekitar 2 pekan setelah bencana besar 25 – 27 november silam.
“Sejumlah PKS yang lahan sawitnya dominan berada di wilayah banjir (Langkat dan Aceh Tamiang), diproyeksikan akan mengalami penurunan produktifitas (CPO) paling buruk sebanyak 40% di bulan Desember secara bulanan,”
Pengolahan TBS (tandan buah segar) di sejumlah PKS tersebut turun tajam, yang akan membuat sejumlah industri pengolahan seperti perusahaan refinery akan alami kesulitan bahan baku.
Pada dasarnya tren produksi CPO alami penurunan sejak November kemarin. Namun bencana banjir memperburuk keadaannya, hingga banyak perusahaan pengolahan kelapa sawit terpuruk.
Pabrik kelapa sawit (PKS) kapasitas 45 ton yang terbiasa membutuhkan lebih dari 12 ribu ton TBS (tandan buah segar), di bulan ini diproyeksikan hanya akan mengolah dibawah 10 ribu ton, atau bahkan ada yang hanya mengolah 7.500 ton saja.
“Namun penurunan produksi ini tidak akan memberikan banyak tekanan pada harga minyak goreng,” kata Gunawan.
Meskipun terpantau harga minyak goreng sempat naik sekitar 200 per Kg, atau lebih dari 2 ribu per Kg (anomali) di wilayah Sibolga. Kenaikan minyak goreng saat ini terhenti, karena harga minyak pesaing kelapa sawit seperti kedelai alami penurunan tajam. Dan permintaan untuk produk turunan ekspor juga terpantau sedikit melemah dibandingkan setahun sebelumnya.
Namun masalah tidak berhenti disitu, dampak banjir ini akan memicu terjadinya penurunan rendemen CPO kedepan.
Guanwan mengatakan masalah selanjutnya yang lebih panjang adalah rasio CPO (crude palm oil) dari TBS yang bisa turun di bawah 15% setelah banjir usai. Kalau sebelum bencana rendeman bisa dipertahankan di kisaran 19%, nah untuk lahan sawit yang dilanda banjir seperti di Langkat dan Aceh Tamiang berpeluang turun di bawah 15% nantinya.
“Untuk meminimalisir penurunan kualitas rendemen tersebut, petani harus melakukan pemupukan dan perawatan lebih intensif untuk memulihkan keadaannya. Karena kalau dibiarkan dampaknya bisa berkepanjangan setidaknya hingga satu tahun ke depan terjadi penurunan kualitas buah sawit,” pungkasnya