Rebutan Bahan Baku Pangan Ternak, Harga Daging Sapi dan Ayam Naik

Pelayananpublik.id- Kenaikan harga jagung dan bertahan mahal di level Rp7.200 hingga Rp7.500 per Kg telah memicu kenaikan harga daging ayam dan membuatnya bertahan di harga Rp32 ribu hingga Rp40 ribu per Kg.

Berdasarkan hasil pemantauan melalui PIHPS (pusat informasi harga pangan strategis) di Kota Medan, harga daging ayam di pasar petisah ditransaksikan di harga Rp40.500 per Kg.

Pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin mengatakan pemicu kenaikan harga daging ayam ini dipengaruhi oleh penurunan pasokan ayam hidup yang diduga terkait dengan minimnya demand serta kenaikan harga pokok produksi.

“Dan yang paling terlihat saat ini adalah kenaikan biaya produksi yang telah memicu terjadinya kenaikan HPP,” kata dia, Minggu (7/12/2025).

Kenaikan harga jagung tersebut, kata Gunawan, juga memicu kenaikan harga bahan pangan untuk pakan ternak sapi.

Seiring dengan kenaikan harga jagung tersebut, telah terjadi pergeseran konsumsi pakan ternak yang dilakukan oleh perusahaan ternak ayam.

“Jagung yang mahal membuat banyak produsen pakan ternak mengalihkan bahan bakunya ke sumber lain seperti gaplek. Dimana gaplek ini sebelumnya menjadi bahan baku yang pasarnya didominasi oleh perusahaan feedlotter (produsen daging sapi),” katanya.

Alhasil belakangan ini harga gaplek naik dari kisaran 2500-2600 sekarang di kisaran 3400-4000/kg.

Dan dalam sebulan terakhir harga daging sapi alami kenaikan sekitar Rp. 5.000 per Kg.

Harga daging sapi saat ini ditransaksikan dalam rentang 110.000 hingga 145.000 per Kg di Sumatera Utara. Pantauan kenaikan harga daging sapi juga terlihat dari PIHPS.

“Sejauh ini masyarakat kerap mengkaitkan kenaikan harga daging ayam dan daging sapi dengan kenaikan permintaan untuk kebutuhan MBG (makan bergizi gratis),” katanya

Tidak bisa dihilangkan bahwa ada peningkatan untuk memenuhi kebutuhan MBG. Namun produsen pada umumnya masih mampu memenuhi peningkatan demand tersebut dengan meningkatkan investasi di hulu.

Sehingga pasokan selalu bisa mengimbangi tren peningkatan permintaan. Namun belakangan ini saya justru melihat bahwa kenaikan lebih banyak dipicu oleh kenaikan biaya input produksi.

“Agar tidak salah langkah dalam mengambil kebijakan. Pemerintah sebaiknya berupaya untuk memenuhi kebutuhan bahan baku input produksi dengan meningkatkan produktifitas tanaman penyokong ketersediaan bahan baku tersebut,” saran Gunawan.

Garis besarnya, kata dia, adalah pemerintah melakukan perbaikan pada rantai pasok bahan baku di hulu untuk memastikan kelancaran program MBG dan berdampak pada pengendalian inflasi yang lebih terukur.