Pelayananpublik.id- Harga (Crude Palm Oil) CPO sempat alami tekanan yang signifikan setelah permintaan CPO dari India alami penurunan pada Oktober 2025.
Pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin mengatakan perayaan Devapali yang sudah terlewati di Oktober kemarin, telah menekan harga CPO hingga ke kisaran level $4.100-an ringgit per ton. Namun belakangan ini kembali alami peningkatan dikisaran 4.150 ringgit per tonnya.
“Harga CPO mengalami kenaikan (rebound), dipicu oleh tiga faktor utama. Pertama terjadinya penurunan pada produksi CPO ditengah intensitas hujan yang tinggi. Dari hasil pengamatan langsung di lapangan, bahkan ada yang mengalami penurunan produksi CPO hingga mencapai 8.6% di bulan November,” jelas Gunawan, Selasa (18/11/2025).
Yang kedua, lanjut Gunawan, adalah bulan November pada dasarnya merupakan bulan dimulainya musim low season (trek) yang akan berlangsung hingga kuartal pertama tahun depan,” katanya.
“Dan ketiga ada potensi kenaikan permintaan produk minyak CPO untuk kebutuhan Natal dan Tahun Baru 2025. Dan meningkatnya demand tersebut menjadi pemicu utama bagi potensi kenakan harga CPO. Jadi ada kombinasi kenaikan permintaan dan penurunan supply yang berpeluang mendorong kenaikan CPO di akhir tahun 2025 mendatang,” jelasnya.
Diproyeksikan harga CPO berpeluang untuk naik ke level 4.250 ringgit per ton. Kenaikan harga CPO tersebut tentunya akan menjadi kabar baik bagi para petani. Dan jika ditambah dengan pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini. Kenaikan harga CPO berpeluang memberikan keuntungan berlipat bagi para eksportir. Dan diharapkan mampu mendorong kenaikan harga TBS di level petani.
Namun Gunawan mengatakan dari sisi kinerja ekspor maupun produksi minyak kelapa sawit secara keseluruhan, sebenarnya tidak ada lompatan kinerja yang spektakuler baik dari sisi demand maupun produksi di tahun 2025 ini.
“Ini menandakan bahwa motor penggerak ekonomi Sumut dari minyak kelapa sawit bergerak stabil cenderung naik padahal ekspor di Sumut di dominasi oleh minyak kelapa sawit. Bahkan untuk produk turunan minyak sawit yang diekspor lewat kontainer sekalipun masih menguasai sekitar 70% dari total ekspor Sumut yang dilakukan dengan peti kemas,” katanya. (*)