Pelayananpublik.id- Perusahaan kedai kopi Starbucks akan melakukan restrukturisasi senilai US$1 miliar atau sekitar Rp16,7 triliun yang akan berdampak pada penutupan sejumlah gerai di Amerika Utara.
Restrukturisasi ini tentu berdampak pada para karyawan yang bekerja disana.
Di tengah penurunan penjualan beruntun tersebut, ratusan gerai Starbuck akan tutup dan para karyawan akan dirumahkan.
Hal ini terjadi di Amerika Utara yang hingga 29 Juni lalu, perusahaan memiliki lebih dari 11.400 lokasi di kawasan tersebut.
Dengan proyeksi tersebut, lebih dari 100 gerai dipastikan akan ditutup. Selain itu, sekitar 900 karyawan non-ritel akan terkena PHK Jumat (26/9/2025).
Starbucks memperkirakan 90% dari total biaya restrukturisasi akan ditanggung oleh bisnis di Amerika Utara.
Rinciannya, sekitar US$150 juta berupa biaya pemisahan karyawan dan US$850 juta terkait penutupan gerai. Sebagian besar biaya itu akan muncul dalam laporan keuangan tahun fiskal 2025.
Meski menutup sebagian lokasi, perusahaan berencana mengakhiri tahun fiskal dengan hampir 18.300 gerai di Amerika Utara, termasuk yang dikelola melalui lisensi. Starbucks juga menargetkan mulai kembali memperluas jaringan pada tahun fiskal 2026.
“Langkah-langkah ini untuk memperkuat apa yang menurut kami sudah berjalan baik dan memprioritaskan sumber daya kami di sana,” tulis Brian Niccol dalam surat kepada karyawan pada Kamis (25/9/2025), dikutip CNBC International.
“Saya percaya langkah ini perlu untuk membangun Starbucks yang lebih baik, lebih kuat, dan lebih tangguh, yang memperdalam dampaknya pada dunia sekaligus menciptakan lebih banyak peluang bagi mitra, pemasok, dan komunitas yang kami layani.”
Keputusan itu muncul di tengah penurunan penjualan gerai sejenis selama enam kuartal berturut-turut akibat ketatnya persaingan dan konsumen yang makin sensitif terhadap harga. Niccol menekankan bahwa fokus perusahaan kini adalah investasi yang lebih dekat ke pengalaman pelanggan, termasuk renovasi gerai agar kembali menjadi “ruang ketiga” bagi konsumen di luar rumah dan kantor.
Bagi barista dari lokasi yang ditutup, perusahaan menjanjikan akan dipindahkan ke gerai terdekat atau menerima pesangon.
Namun, serikat pekerja Starbucks Workers United, yang mewakili 12.000 barista di lebih dari 650 kafe, menyatakan akan mengajukan permintaan resmi terkait dampak penutupan.
Ini adalah gelombang PHK kedua di era kepemimpinan Niccol, setelah sebelumnya 1.100 pekerja korporasi dilepas awal tahun ini. Pada akhir 2024, Starbucks tercatat memiliki sekitar 16.000 karyawan di luar lokasi ritel.
Meski demikian, perusahaan tetap melanjutkan investasi besar ke standar operasional dan ketenagakerjaan.
Pada Juli lalu, Starbucks mengumumkan program “Green Apron Service” senilai lebih dari US$500 juta untuk penambahan jam kerja di gerai milik perusahaan selama setahun ke depan. (*)