Pelayananpublik.id- Istilah bahwa perempuan atau istri ditakdirkan menjadi tulang rusuk laki-laki, sepertinya sudah bergeser di zaman modern ini.
Bukan jadi tulang rusuk, tak jarang perempuan malah menjadi tulang punggung keluarga. Sebagai pencari nafkah menggantikan posisi seorang suami dalam keluarga.
Mirisnya, perempuan bukan hanya dituntut jadi tulang punggung di luar tapi juga tulang belulang lain di dalam rumah. Setelah bekerja, suami bisa istirahat, sedangkan istri, setelah bekerja tetap harus bekerja lagi di dalam rumah.
Hal inilah yang tersirat dalam lakon “Tulang Panggang” yang ditampilkan oleh anggota Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Sumut, Sabtu (21/12/2024).
Pementasan teater ini digelar hybrid sebagai rangkaian acara HUT 17 Tahun FJPI yang dihadiri seluruh cabang FJPI se-Indonesia.
Jurnalis IDN Times, Khairiah Lubis yang juga salahsatu pemeran dalam “Tulang Panggang” mengatakan jurnalis perempuan dibebani dengan pekerjaan di lapangan dan juga rumahtangga. Dimana setelah pontang-panting mencari berita, sampai rumah bukannya bisa santai, malah kembali bekerja mengurus suami dan anak.
Jurnalis perempuan yang akrab disapa Awi itu pun menyebut penampilan teater ini memang berdasarkan kisah-kisah yang pernah mereka alami sendiri.
“Kita latihannya hanya seminggu. Lakon ini terinspirasi dan menggambarkan kondisi jurnalis perempuan dengan segala beban tugasnya, baik di lapangan maupun di rumah sebagai seorang istri dan ibu. Injdari pengalaman pribadi dan pengalaman teman-teman jurnalis perempuan lainnya,” ucapnya.
Begitupun, kata dia, perempuan yang menjadi jurnalis tetap mencintai pekerjaan dan keluarganya.
Sehingga daripada menjadi tulang punggung, para wanita jurnalis justru menjadi tulang panggang, tulang yang terpanggang keadaan dan dipaksa harus kuat dan bisa melakukan semuanya.
Adapun scene yang mencuri perhatian adalah dimana seorang jurnalis perempuan yang sedang hamil pun masih sibuk liputan. Hingga air ketubannya pecah ia masih risau dengan beritanya.
“Aaargh aduhhh ketubanku pecahhh, beritaku belum siap diketik,” pekik Darmaila dalam lakon tersebut.
Lakon tersebut pun mengingatkan kenyataan memang banyak jurnalis perempuan yang bekerja liputan di lapangan sambil membawa perut yang melendung. Nafas yang ngos-ngosan ketika jalan kesana-kemari pun tak menjadi soal demi tunainya tugas di lapangan dan di rumah.
Adapun teater ini ditampilkan oleh 5 anggota FJPI Sumut yakni Ranggini, Mafa Yulie, Nurni Sulaiman (The Jakarta Post), Khairiah Lubis (IDN Times), Darmaila Wati di Teater Mata, Medan dan disutradarai Agus Susilo. (*)