Pelayananpublik.id- Memasuki tahun ajaran baru, banyak pelajar mulai mempersiapkan kebutuhan untuk studi mereka. Tak terkecuali bagi mereka yang berkuliah di luar negeri. Meskipun belajar di luar negeri bisa menjadi pengalaman yang baru dan menarik, tetapi terdapat juga banyak tantangan.
Salah satu tantangannya adalah biaya studi di luar negeri, meliputi biaya kuliah, biaya hidup, dan biaya pendidikan lainnya. Faktanya, Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Australia adalah tiga negara termahal untuk belajar di luar negeri, menurut penelitian baru dari perusahaan teknologi global Wise, dengan total biaya pendidikan mencapai £22.534 (Rp435 juta) di Amerika Serikat, £15.740 (Rp304 juta) di Selandia Baru, dan £14.079 (Rp271 juta) di Australia.
Menurut data dari UNESCO, Indonesia memiliki lebih dari 50,000 mahasiswa di luar negeri dan terus bertambah setiap tahunnya. Namun, biaya hidup yang tinggi seperti di Inggris yang mencapai £800 – £1300 atau Rp15 – 25 juta per bulan ditambah biaya kuliah sebesar £10.924 atau Rp182 juta menjadi tantangan yang perlu diperhatikan oleh mahasiswa yang melanjutkan studi di luar negeri. Rica Asrosa, influencer yang menerima beasiswa dari LPDP untuk belajar di University College London, berbagi empat tips untuk membantu para pelajar mempersiapkan diri secara finansial ketika mereka memulai perjalanan studi di luar negeri.
1. Tinggal bersama teman/kolega
Bagi Rica, tempat tinggal menjadi isu utama dalam persiapan dikarenakan hal ini memakan hampir separuh biaya hidup. Pertimbangan memilih tempat tinggal dinilai cukup sulit dikarenakan biaya sewa yang mahal terkadang didampingi oleh fasilitas yang tidak sebanding. Rica merekomendasikan untuk tinggal bersama teman-teman yang dikenal dalam satu sharing house untuk menekan pengeluaran dibandingkan tinggal di flat, hotel, atau tempat tinggal lainnya.
2. Belajar cara belanja yang cerdas
Salah satu cara terbaik untuk menghemat uang saat menempuh studi di luar negeri adalah menjadi pembelanja yang cerdas, jika di Indonesia kita mengenal tanggal kembar untuk belanja online, di Inggris, ada Black Friday dan Cyber Monday dimana kita dapat berbelanja barang seperti pakaian, kebutuhan pokok, bahkan alat elektronik dengan diskon besar. Rica memilih untuk memanfaatkan momen ini untuk belanja barang-barang yang sudah lama menjadi incaran.
“Ketika Black Friday, banyak barang yang dijual dengan potongan harga yang cukup besar. Sebagai pelajar rantau, momen ini dapat dimanfaatkan untuk membeli kebutuhan hidup dan perlengkapan pendukung untuk studi. Dengan ini, kita bisa lebih berhemat dalam mengeluarkan uang,” tegas Rica.
3. Masak makanan sendiri
Karena tingginya biaya hidup di London, Rica jarang makan di luar dan lebih memilih memasak sendiri di rumah. Jika ia harus makan di luar, setidaknya Rica harus mengeluarkan uang sekitar £20-30 (Rp350 – 500 ribu). Sehingga, Rica lebih memilih untuk memasak sendiri di rumah. Menurutnya, cara ini dapat membuat ia menghemat uang lebih banyak dan kualitasnya lebih terjaga, terutama sebagai penganut agama Islam.
4. Gunakan platform transfer uang berbiaya rendah
Ketika berbicara tentang mengelola keuangan, penting bagi para mahasiswa untuk melakukan penelitian mereka sendiri dan mencari platform dengan biaya rendah untuk mengirim dan menerima uang ke luar negeri dengan cepat dan aman. Menurut penelitian dari Wise, sebagian besar mahasiswa internasional membayar lebih dari £900.000.000 (Rp1,7 triliun) setiap tahun dalam biaya tersembunyi berupa selisih nilai tukar yang tinggi.
Rica menggunakan Wise untuk mentransfer uang ke dan dari Indonesia. “Sebelum menggunakan Wise, saya ragu-ragu untuk melakukan transfer uang karena mahal dan lambat. Wise memungkinkan mahasiswa seperti saya untuk mentransfer uang dengan nilai tukar pasar tengah – seperti yang Anda lihat di Google – dengan semua biaya terpampang jelas sebelum transfer dilakukan. Selama menjalani kuliah, ini dapat menghemat ratusan, bahkan ribuan Rupiah,” jelas Rica.
Saat ini, Rica merupakan dosen di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F-MIPA) Universitas Sumatera Utara dan sedang menempuh studi doktoralnya di UCL London. (*)