Pelayananpublik.id- Dalam memproduksi suatu barang pasti ada biayanya. Biaya ini tentu harus diperhitungkan sebagai modal sebelum menghitung untung rugi atau laba.
Perusahaan akan memperhitungkan adanya biaya produksi saat mulai dilakukan proses pengolahan dari bahan baku menjadi barang siap pakai atau setengah jadi.
Perhitungan biaya produksi biasanya cukup kompleks sebab banyak sekali jenis komponen pengeluaran dalam perusahaan manufaktur.
Namun sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya pahami dulu apa itu biaya produksi.
Pengertian Biaya Produksi
Secara umum, pengertian biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan selama proses manufakturing atau pengelolaan dengan tujuan menghasilkan produk yang siap dipasarkan.
Dengan demikian perhitungan biaya produksi ini akan dilakukan mulai dari awal pengolahan, hingga barang jadi atau setengah jadi.
Sedangkan akumulasi pengeluaran adalah seluruh pengeluaran perusahaan untuk bisa memproses bahan baku hingga menjadi produk jadi juga disebut sebagai biaya produksi.
Cakupan biaya produksi memuat 3 unsur, antara lain adalah bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.
Biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan juga berarti pengeluaran yang pasti dibutuhkan untuk menghasilkan barang jadi. Sifat biaya ini banyak dianggap pasti akan dikeluarkan selama kegiatan produksi barang masih terus berlangsung.
Nah, jadi apa bedanya biaya produksi dengan biaya operasional?
Biaya operasional umumnya dikeluarkan perusahaan untuk mendukung sistem manajerial perusahaan, sementara pengeluaran produksi untuk mengelola barang siap jual.
Jenis Biaya Produksi
1. Biaya Tetap (Fixed Cost), yakni pengeluaran tetap walaupun volume produksi naik atau turun. Jenis biaya yang satu ini mempunyai sifat pasti, sehingga bisa dianggarkan secara tepat.
Contoh biaya tetap adalah sewa pabrik, sewa alat, gaji karyawan, BPJS karyawan dan sebagainya.
2. Biaya Variabel (Variabel Cost), yakni jenis pengeluaran produksi yang besarnya bergantung pada output. Apabila produksi barang semakin tinggi, maka biaya variabel juga akan mengalami peningkatan.
Contoh pengeluaran jenis ini adalah biaya bahan baku, biaya pekerja tambahan.
3. Biaya Rata-Rata (Average Cost), yakni biaya per unit yang akan didapatkan dengan cara membagi total pengeluaran dengan jumlah output produksi. Biaya rata-rata ini dibutuhkan oleh perusahaan untuk menentukan keputusan produksi kedepannya.
4. Biaya Marginal, yakni pengeluaran tambahan yang akan digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan produksi. Perusahaan bisa mengetahui jumlah output maksimal yang bisa didapatkan selama proses produksi dengan menambahkan biaya marginal.
Marginal cost baru bisa dihitung setelah biaya tetap dan variabel sudah diketahui oleh perusahaan. Perhitungan marginal cost dilakukan dengan cara membagi peningkatan biaya dan perubahan kuantitas target produksi.
5. Biaya Total, yakni jumlah total pengeluaran yang terjadi selama proses produksi.
Biaya total ini baru bisa diperhitungkan ketika perusahaan sudah memiliki output berupa barang jadi yang siap untuk dijual. Perhitungan biaya total ini harus dilakukan setiap periode produksi terselesaikan agar bisa segera dilaporkan.
Total cost ini bersifat menyeluruh karena mencakup segala pengeluaran perusahaan selama proses produksi. Biaya bahan baku, administrasi, dan pemasaran harus ikut diperhitungkan dalam total cost ini.
Cara Menghitung Biaya Produksi
Berikut ini adalah ilustrasi cara menghitung biaya produksi di suatu perusahaan.
Sebagai ilustrasi perhitungan produksi, berikut disajikan data pengeluaran PT Sukasukasu
selama satu bulan.
Katakanlah PT Sukasukasu merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi kolor dengan total output sebesar 5.000 unit selama satu bulan.
Produk kolor dari PT sukasukasu ini dipasarkan melalui 3 toko besar dan e-commerce. Berikut adalah data laporan pengeluaran PT Sukasukasu selama satu bulan.
– Persediaan bahan baku Rp.30.000.000
– Bahan baku setengah jadi Rp. 40.000.000
– Barang jadi siap dijual Rp. 80.000.000
– Pembelian persediaan bahan baku Rp.50.000.000
– Biaya pengiriman Rp.5.000.000
– Biaya pemeliharaan mesin Rp.5.000.000
– Gaji tenaga kerja langsung Rp. 30.000.000
– Sisa penggunaan bahan baku serta sisa bahan setengah jadi Rp.30.000.000
– Sisa bahan setengah jadi Rp. 5.000.000
– Kolor yang siap dijual Rp. 30.000.000
Setelah diketahui data pengeluarannya, selanjutnya bisa dilakukan perhitungan biaya produksi. Berikut adalah tahapan yang dilakukan untuk memperhitungkan biaya produksi tersebut.
Tahap 1 :
Bahan baku yang digunakan = saldo awal bahan baku + pembelian bahan baku – saldo akhir bahan
= Rp. 30.000.000 + (Rp.50.000.000+Rp. 5.000.000) – Rp.30.000.000
= Rp. 55.000.000
Tahap 2 :
Biaya Produksi = bahan baku + tenaga kerja langsung + biaya overhead pabrik
= Rp.55.000.000 + Rp.30.000.000 + 5.000.000
= Rp.90.000.000
Biaya produksi per unit = biaya produksi : total unit
= Rp. 90.000.000 : 5.000
= 18.000
Tahap 3 :
Harga Pokok Produksi = total biaya produksi + saldo awal persediaan – saldo akhir
= Rp.90.000.000 + Rp. 40.000.000 – Rp.5.000.000
= Rp. 125.000.000
Tahap 4
Harga Pokok Penjualan = Harga pokok produksi + persediaan barang awal – persediaan akhir
= Rp. 90.000.000 + Rp. 80.000.000 – Rp.50.000.000
= Rp. 140.000.000
Demikian ulasan mengenai pengertian biaya produksi, jenis dan cara menghitungnya. Semoga bermanfaat. (*)