Pelayananpublik.id- Kabar buruk terus menimpa kripto. Bahkan kripto kini terus menurun hingga menyebabkan kerugian bagi pemain dan bandarnya.
Salahsari bandar kripto raksasa hedge fund dunia Three Arrows Capital (3AC) juga mengalami nasib buruk. Padahal dulu aset perusahaan mencapai US$10 miliar atau Rp 150 triliun.
Selain karena harga kripto yang ambles, masalah 3AC juga karena strategi perdagangan yang berisiko serta kebijakan penghapusan aset bermasalah.
Itulah penyebab mereka tidak bisa membayar kembali kepada para lender atau pemberi pinjaman.
Dengan pasar kripto yang menyusut lebih dari US$1 triliun sejak April lalu, dipimpin oleh penurunan Bitcoin dan Ethereum, investor dengan taruhan terkonsentrasi pada perusahaan seperti 3AC jadi ikut merasakan kerugian.
Selain itu, masalah 3AC menyeret banyak pihak. Misalnya Blockchain.com, lembaga pertukaran kripto, memiliki pinjaman mencapai US$270 juta pada 3AC.
Sementara itu, pialang aset digital, Voyager Digital disebutkan mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11. Ini terjadi setelah 3AC tidak bisa membayar kembali dana US$670 juta kepada perusahaan itu.
Pemberi pinjaman kripto di Amerika Serikat (AS), Genesis dan BlockFi, platform turunan kripto BitMEX, dan pertukaran kripto FTX, juga mengalami kerugian.
“Kredit sedang dihancurkan dan ditarik, standar penjaminan diperketat, solvabilitas sedang diuji, jadi semua orang menarik likuiditas dari pemberi pinjaman kripto,” kata Nic Carter, direktur Castle Island Ventures, seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis (21/7/2022).
Strategi yang dilakukan perusahaan berusia 10 tahun itu memang cukup berbahaya, karena meminjam uang dari banyak perusahaan dan menginvestasi pada proyek kripto lain. Ternyata kebanyakan masih baru dan belum teruji.
“3AC seharusnya menjadi bijaksana dalam investasi kripto,” ungkap Nik Bhatia, seorang profesor keuangan dan ekonomi bisnis di University of Southern California.
Nasib buruk 3AC juga diketahui terjadi setelah harga terraUSD (UST) runtuh pada bulan Mei. Kepada Wall Street Journal, 3AC mengatakan telah berinvestasi sebanyak US$200 juta pada stablecoin itu. Laporan industri lainnya mengatakan eksposur dana itu sekitar US$560 juta. Apa pun kerugiannya, investasi itu menjadi hampir tidak berharga ketika proyek stablecoin gagal. (*)