Hujan Tetap Turun Meski Kemarau, Ini Kata BMKG

Pelayananpublik.id- Indonesia saat ini tengah berada di musim kemarau. Sejatinya musim kemarau adalah musim dimana hujan tidak turun sehingga cuaca lebih panas dan kering.

Namun begitu saat ini beberapa wilayah Indonesia masih diguyur hujan meski kemarau melanda. Sebut saja DKI Jakarta yang masih diterpa hujan.

Terkait itu, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Fahry Rajab menjelaskan penetapan musim kemarau di Indonesia berbeda di masing-masih wilayahnya. Perbedaan itu disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan.

“Kondisi cuaca hujan yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia saat ini diakibatkan masih adanya asupan massa udara basah (banyak mengandung uap air) dari Samudera Pasifik,” jelasnya dikutip dari CNNIndonesia.com, Jumat (3/6/2020).

Selain itu, kata dia kondisi hujan ini juga disebabkan terdapatnya daerah pertemuan angin yang menyebabkan tingginya peluang pertumbuhan awan-awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan,” kata Fahry kepada

Ia menjelaskan BMKG membagi Indonesia menjadi 342 Zona Musim (ZOM). Masing-masing ZOM disebut memiliki karakteristik iklim masing-masing.

“Kondisi cuaca di berbagai daerah di Indonesia memang berbeda-beda, hal ini disebabkan kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan memiliki banyak pegunungan. Jadi, tiap ZOM memiliki awal musimnya masing-masing,” jelasnya.

Selain itu, ia juga mengatakan BMKG sebenarnya telah memprakirakan musim kemarau tahun 2022 di Indonesia berdasarkan ZOM masing-masing. Secara umum, informasi prakiraan musim dipengaruhi empat informasi penting yakni awal musim, perbandingannya terhadap rata-rata selama 30 tahun, sifat hujan pada musim tersebut, dan puncak musim.

Prakiraan musim kemarau 2022 di Indonesia menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah diprakirakan mengalami awal musim kemarau 2022 pada kisaran bulan April hingga Juni 2022. Prakiraan itu berasal dari 261 ZOM atau 76,3 persen dari 342 ZOM.

Namun apabila dibandingkan terhadap rata-ratanya selama 30 tahun (1991- 2020), awal musim kemarau 2022 di sebagian besar daerah diprakirakan mundur atau sebanyak 163 ZOM (47,7 persen). Sedangkan wilayah lainnya diprakirakan sama terhadap rata-ratanya, yakni 90 ZOM (26,3 persen) dan maju terhadap rata-ratanya sebanyak 89 ZOM (26,0 persen).

Terpisah, peneliti Meteorologi BMKG Deni Septiadi menyebut musim kemarau bukan berarti tidak terjadi hujan. Dalam penentuan musim di Indonesia, BMKG menggunakan beberapa kriteria dengan indikasi kemarau adalah jumlah atau intensitas curah hujan yang minim atau rendah seperti 1 dasarian di bawah 50 mm atau hari hujan yang semakin berkurang.

“Beberapa peneliti juga melihat perubahan aliran angin Siberia-Australia atau sebaliknya yang disebut sebagai aliran monsun atau angin monsun yang secara periodik berubah arah per 6 bulanan sebagai kriteria penentuan musim.

Saat ini aliran angin didominasi dari Australia menuju Siberia yang memang cenderung lebih kering, sehingga dapat dikategorikan sebagai musim kemarau di Benua Maritim Indonesia,” jelas Deni terpisah.

Lebih lanjut, Deni mengatakan, secara spesifik proses terjadinya hujan merupakan proses kompleks dinamika atmosfer yang melibatkan banyak faktor dan parameter. Keanekaragaman kekasaran permukaan di wilayah Indonesia juga memberikan banyak andil dalam proses konvergensi hingga terjadi alih radiatif konvektif dalam pengangkatan massa udara dan menjadi awan sempurna.

Beberapa permukaan wilayah di Indonesia terbagi dalam beberapa bentuk pola, ada yang di pesisir, pegunungan, dataran rendah bahkan juga daerah perkotaan dan pedesaan. “Karena itu, terkadang satu wilayah lebih basah sementara wilayah lainnya cenderung lebih kering,” sebutnya. (*)