Pelayananpublik.id– Hari Perempuan Internasional menjadi momentum bagi para wanita untuk memperkuat diri mereka di tengah masyarakat. Dari itu perempuan harus mendobrak segala bias dan diskriminasi yang sering menghalangi langkah mereka, salahsatunya di bidang politik.
Sebagai perempuan yang terjun dalam bidang politik, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah setuju dengan hal itu.
Dirinya sebagai pemegang kebijakan dan pemimpin di Kemenaker juga memastikan pihaknya konsen dalam menyetarakan gender di lingkungan kerja.
Ida sendiri sebelum menjadi menteri, pernah menjabat sebagai anggota DPR selama 4 periode atau 20 tahun. Ia juga beberapa kali menjadi ketua fraksi.
Ia pun merasa selama berpolitik tidak ada bias yang berarti di lingkungan fraksinya, bahkan saat itu suaminya sendiri menjadi anggotanya.
Ia juga mengatakan saat ini ruang bagi perempuan untuk berpolitik semakin terbuka.
Saat ini, kata dia, perempuan juga sudah banyak yang tertarik pada politik dan menjadi politikus.
“Sebenarnya ruang partisipasi politik perempuan itu sekarang sudah terbuka sejak adanya Undang-Undang Partai Politik, Undang-Undang Pemilu yang memberikan afirmasi kepada perempuan sebenarnya ruang itu sudah sangat terbuka,” jelasnya dalam Internasional Women’s Day 2022, kolaborasi Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) dan IDN Times, Sabtu (5/3/2022).
Ia membandingkan dengan tahun 2004-2009 dimana politisi perempuan masih sangat sedikit. Padahal saat itu sudah ada afirmasi bahwa Caleg harus 30 persen perempuan.
“Pada waktu tidak memiliki kesiapan yang cukup sehingga sumber rekrutmennya pun akhirnya bisa jadi keluarga terdekat orang-orang terdekat dan tidak lagi mempertimbangkan apapun kecuali memenuhi memenuhi kuota,” imbuhnya.
Namun saat ini, lanjut Ida, jumlah perempuan yang tertarik untuk terjun ke dunia politik semakin meningkat. Sehingga politikus menjadi pilihan untuk mengabdi selain menjadi PNS.
“Kalau dulu mungkin bisa jadi pilihan terakhir, yang lulusan perguruan tinggi tentu dia akan memilih menjadi PNS jarang sekali di antara teman-teman kemudian menjadi seorang politisi itu. Sekarang dari teman-teman kita lihat teman-teman dari dari teman-teman mahasiswa perempuan itu sudah melihat bahwa politik itu juga bagian dari cara mengekspresikan diri,” katanya.
Ia pun melihat saat ini sudah banyak perempuan yang mumpuni dan berpotensi jadi politikus berkualitas.
“Lihat aja sekarang profil politisi perempuan kita menurut saya tidak kalah dengan politisi laki-laki. Stoknya sudah sangat banyak yang mau dia dengan background apapun itu saya kira pilihannya sudah semakin banyak saya melihat bahwa persiapan itu dari kondisi sosial politik kita yang sudah semakin membaik,” politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut.
Ia pun berharap perempuan Indonesia terus maju mendobrak segala bias di lingkungan mereka, sehingga banyak kaum hawa di ruang publik yang nantinya akan mengawal kebijakan yang pro perempuan.
“Karena dengan memperbanyak perempuan yang ada di ruang-ruang publik pada tempat-tempat pengambil kebijakan, banyak perempuan yang ada di situ, maka saya yakin kebijakan yang bias gender itu bisa kita hindari,” katanya. (*)