Pelayananpublik.id– Pengurus Pusat Pemuda Katolik mendorong pemerintah tak lagi menunda pengembangan Logam Tanah Jarang (LTJ) karena akan menjadi langkah penting peningkatan nilai tambah pertambangan.
“Pemerintah harus total, gerak cepat dan jangan terjebak dilema soal Investor. Di lapangan memang berhitung dan pruden, namun untuk regulasi harus cepat dan konkret sebab LTJ atau REE ini secara industri kan termasuk critical elemen bahan baku teknologi tercanggih,” ujar Julwanri Munthe, Ketua Bidang Pertahanan dan Hubungan Internasional.
Ia mengatakan, perubahan Logam Tanah Jarang sebelumnya mineral radio aktif, diubah menjadi mineral logam, ini langkah maju karena yang dominan selain lumpur merah (red mud) dari bauksit menjadi alumina adalah monasit, zirkon, ilmenit dan rutil dari timah itu masuk kelompok mineral logam, bukan radioaktif yang harus dikelola BATAN.
Selain itu, kata dia, karakteristik LTJ yang hanya sebagai produk ikutan atau produk sampingan tambang mineral timah, nikel atau bauksit bisa juga menjadi “bola tanggung” sulit di realisasikan, business as usual dan sporadis.
“Maka kita mendorong segera ditentukan teknologinya, hitung potensi sumber daya cadangan dari tambang primer, jenis tambang ini Affirmative Action atas nama pertahanan dan keamanan ataupun kepentingan nasional kedepannya.
Jika tidak, kata dia Indonesia akan terus ekspor tambang barang mentah.
Sebagai perbandingan di negara Tiongkok, AS, Australia dan beberapa negara lainnya, jenis ini langsung ditambang, bahkan masuk industri pionir, dan di kita masih jauh berbeda, kita khawatir hasilnya juga berbeda, atau yang terburuk tidak bisa direalisasikan.
“Kita ingin pemerintah memaksimalkan upaya mengembangkan rare earth, jangan juga jadi sampingan atau terlalu bergantung ke investor,” jelasnya.
LTJ di dunia sangat dibutuhkan sebagai magnet untuk industri elektronik dan mesin, dimanfaatkan sebagai katalis, metal alloy, polishing, gelas dan untuk keramik dan bahan untuk senjata. (*)