Pelayananpublik.id- Salahsatu kebutuhan pangan untuk pelengkap masakan adalah tomat. Tomat atau yang nama latinnya Lycopersicon esculentum L dimanfaatkan untuk masakan juga untuk kebutuhan buah yang kaya akan vitamin C.
Tomat idealnya ditanam pada kisaran suhu 20-27oC dengan curah hujan sekitar 750-1250 mg per tahun. Secara umum tomat dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-1500 m dpl.
Selain itu agar sukses menanam tomat, tentu harus mengetahui cara budidaya tomat yang benar agar hasilnya optimal.
Berikut kami rangkum cara budidaya tomat yang benar mulai dari pembibitan, penanaman hingga panen.
1. Pembibitan
Pembibitan tomat dimulai dari pemilihan benih tomat dan penyemaian.
Memilih bibit tomat harus disesuaikan dengan lokasi penanamannya. Sebab ada tomat yang tumbuh baik di dataran tinggi, ada juga yang bagus ditanam di dataran rendah, jadi sesuaikan dulu.
Cara membuat bibit tomat adalah dengan memilih biji dari tomat yang paling baik dan biarkan buah tomat tersebut menua di pohon.
Setelah cukup tua ambil bijinya dan bersihkan dari lendir yang menyelubunginya dengan air.
Setelah itu rendam dalam air, pilih biji yang tenggelam.
Kemudian lakukan seleksi sekali lagi terhadap biji tomat, pilih yang bentuknya sempurna, hindari biji yang keriput. Setelah itu keringkan dengan dijemur dan simpan dalam wadah yang kering dan steril.
Setelah terpilih, tanam biji di polibag. Hal ini untuk mengurangi resiko tanaman stres ketika dipindahkan. Namun persemaian polybag ini biayanya relatif lebih mahal. Apabila Anda memilih persemaian bedeng, hendaknya hati-hati saat mencabut dan memindahkan bibit. Lamanya penyemaian sampai tanaman siap dipindahkan sekitar 35-40 hari.
2. Pengolahan Tanah
Selagi proses pembibitan, lahan juga harus diolah. Lahan sebaiknya dicangkul dan dibersihkan dari gulma.
Tanaman tomat akan tumbuh baik pada tingkat keasaman tanah pH 5,5-7. Jadi, jika tanah terlalu asam (<5,5), Anda bisa menambahkan dolomit atau kapur pertanian. Manfaat pengapuran selain menaikan pH tanah juga untuk memperbaiki struktur tanah. Dosisnya harus disesuaikan dengan tingkat pH tanah masing-masing.
Bajak atau cangkul tanah hingga gembur kemudian bentuk bedengan dengan ketinggian 30 cm, lebar 1 meter dan pajang mengikuti kontur lahan. Buat jarak antar bedeng selebar 30-40 cm. Kemudian diamkan tanah kira-kira satu minggu.
Setelah itu, berikan pupuk dasar berupa pupuk organik seperti pupuk kandangĀ atau pupuk kompos sebanyak 20 ton per hektar.
Aduk pupuk hingga merata diatas bedengan. Untuk memperkaya kandungan fosfor bisa ditambahkan pupuk TSP secukupnya (kira-kira 5 gram per tanaman). Untuk budidaya tomat organik, jangan ditambahkan pupuk kimia tapi pupuk dasar harus lebih banyak, kira-kira 30-40 ton per hektar.
Kemudian lahan perlu ditutup dengan mulsa untuk mempertahankan kelembaban. Ini sangat berguna khususnya pada musim kemarau.
3. Penanaman
Setelah bibit dan lahan siap tanam, Anda bisa memindahkan bibit dari tempat penyemaian ke lahan.
Caranya, sobek mulsa sedikit lubang tanam pada mulsa dengan diameter 5-7 cm. Dalam satu bedengan terdapat dua lajur lubang tanam, jarak antar lajur sebesar 70-80 cm dan jarak antar lubang dalam satu lajur 40-50 cm, kedalaman lubang tanam kira-kira 5-7 cm.
Setelah itu masukkan bibit siap tanam. Untuk bibit yang disemai dalam polybag atau pot, lepas terlebih dahulu wadahnya lalu masukkan semua media tanam tanpa mencabut akar tanaman. Kemudian tutup dan ratakan dengan tanah sekitar.
Untuk bibit yang ditanam di persemaian bedeng, masukkan tanaman kemudian timbun dengan tanah bekas galian lubang. Ratakan dan siram dengan air untuk menjaga kelembabannya.
4. Perawatan Tanaman
Tomat termasuk tanaman yang sangat sensitif. Ia mudah terserang hama dan penyakit sehingga harus dirawat secara intensif. Setelah pemanenan, resiko kerusakan buah tomat masih tinggi sekitar 20-50%.
Adapun perawatan yang biasa dilakukan adalah sebagai berikut:
– Penyulaman, yakni untuk gagal tumbuh, baik sakit atau rebah karena cuaca. Penyulaman dilakukan setelah seminggu tomat ditanam.
– Penyiangan, yakni dilakukan untuk mengangkat gulma yang ada di areal tanam. Pertumbuhan gulma akan menganggu tanaman, karena tanaman harus bersaing dalam mendapatkan nutrisi. Selain itu gulma juga mengundang hama dan penyakit yang bisa menyerang tanaman utama.
Penyiangan dalam budidaya tomat biasanya dilakukan 3-4 kali selama musim tanam.
– Pemangkasan, yakni memangkas tunas yang tumbuh pada ketiak daun. Pemangkasan pada tanaman tomat dilakukan setiap minggu. Sementara untuk mengontrol tinggi tanaman, Anda bisa memotong ujungnya. Pemotongan ujung tanaman dilakukan setelah terlihat jumlah dompolan buah sekitar 5-7 buah.
– Pemupukan, yakni pemupukan tambahan seperti pupuk organik cair yang mempunyai kandungan kalium tinggi pada saat tanaman akan berbunga dan berbuah (fase generatif).
Namun perlu diingat, konsentrasi pupuk organik cair tidak boleh melebihi 2%.
Nah, untuk tomat non-organik, pada usia satu minggu Anda bisa memberikan campuran urea dan KCl dengan perbandingan 1:1 sebanyak 1-2 gram per tanaman.
Kemudian setelah umur 2-3 minggu berikan kembali urea dan KCl sebanyak 5 gram per tanaman. Bila pada umur lebih dari 4 minggu tanaman masih terlihat kurang gizi berikan urea dan KCl sebanyak 7 garm per tanaman. Perhatikan, pemberian urea dan KCl jangan sampai mengenai tanaman karena bisa melukai tanaman tersebut. Berikan jarak 5-7 cm dari tanaman.
– Pemasangan tongkat, gunanya untuk tempat mengikatkan tanaman agar tidak roboh.
Lenjeran dibuat dari bambu sepanjang 1,5-2 meter. Lenjeran ditancapkan pada jarak sekitar 10-20 cm dari tanaman.
5. Pengendalian Hama
Beberapa jenis hama dan penyakit yang kerap menyerang budidaya tomat antara lain, ulat buah, kutu daun thrips, lalat putih, lalat buah, tungau, nematoda, penyakit layu, bercak daun, penyakit kapang daun, bercak coklat, busuk daun dan busuk buah.
Apabila serangannya menggila, hama dan penyakit tersebut bisa disemprot dengan pestisida. Penggunaan pestisida harus bijak, sesuaikan dengan lingkungan sekitar (para petani lain), riwayat penyemprotan dan ikuti petunjuk/dosis penggunaan. Apabila tomat yang akan diproduksi ditujukan untuk pasar organik, hendaknya menggunakan pestisida yang alami.
6. Proses Panen
Biasanya tomat baru bisa dipanen 60-100 hari setelah tanam, tergantung dari varietasnya.
Waktu panen sebaiknya ditentukan dengan pengamatan fisik. Tanaman tomat sudah dikatakan siap panen apabila kulit buah berubah dari hijau menjadi kekuning-kuningan, bagian tepi daun menguning dan bagian batang mengering.
Pemetikan hendaknya dilakukan di pagi atau sore hari karena pada siang hari tanaman masih melakukan fotosintesis.
Pemanenan bisa dilakukan setiap 2-3 hari sekali. Di Indonesia produktivitas tanaman tomat secara rata-rata mencapai 15,84 ton per hektar. Namun untuk varietas tertentu dan didaerah-daerah tertentu bisa mencapai 25-30 ton per hektar.
Demikian ulasan mengenai cara budidaya tomat yang benar. Semoga bermanfaat. (*)