Alquran: Pengertian, Sejarah, dan Proses Pengumpulan Hingga Pembukuannya

Pelayananpublik.id- Alquran merupakan kitab suci umat Islam. Dalam Islam, Alquran merupakan sumber kebenaran dan petunjuk menjalani kehidupan selama di dunia. Alquran tidak hanya memuat kisah yang terjadi kepada nabi, tapi juga aturan-aturan agama.

Pengertian Alquran sesuai bahasa adalah bacaan atau yang dibaca. Menurut istilah, pengertian Al Quran adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.

Alquran diturunkan melalui malaikat Jibril yang dihimpun dalam mushaf yang merupakan mukjizat Nabi Muhammad.

Arti Alquran menurut bahasa berasal dari kata kerja qaraa yang berarti telah membaca.

Dari pengertian itu maka Quran berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca dengan berulang-ulang.

Adapun makna Quran dari segi bahasa tersebut didasarkan pada firman Allah dalam Alquran surat Al-Qiyamah ayat 16-18:

“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk membaca Alquran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu”.

Pengertian Alquran Menurut Ahli

Muhammad ‘Ali ash-Shabumi mengatakan Alquran merupakan kalam Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantara Malaikat Jibril ‘alaihissalam dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan suatu ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas”.

Sementara menurut Dr. Subhi as-Salih Alquran adalah kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW, di tulis dalam mushaf dan diriwayatkan secara mutawatir, serta membacanya adalah termasuk ibadah.

Syekh Muhammad Khudari Beik mendefenisikan Alquran sebagai firman Allah SWT yang bernahasa Arab, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk dipahami isinya, disampaikan kepada kita dengan cara mutawatir, ditulis dalam mushaf yang dimulai dari surat Al Fatihah dan diakhiri dengan surat An Nas.

Pembahasan pokok dalam Al Qur’an terbagi menjadi tiga yakni pembahasan tentang akidah, pembahasan tentang ibadah dan pembahasan tentang prinsip-prinsip syariat. Al Qur’an memiliki kedudukan sebagai sumber hukum islam yang paling utama, sumber hukum kedua adalah perkataan nabi atau hadits.

Sejarah Turunnya Alquran

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Alquran turun melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di masa Rasulullah SAW, Al-quran belum terkumpul rapi seperti sekarang.

Alquran turun dalam bentuk wahyu dari Allah kepada Nabi SAW lalu dibacakan di depan para sahabat baik untuk ditulis maupun dihafalkan, tapi belum dibukukan.

Salah satu alasan Alquran belum dibukukan pada masa kenabian adalah karena wahyu masih turun selama hidup Nabi Muhammad SAW.

Ketika wahyu diturunkan, Rasulullah SAW kemudian membacakannya kepada para sahabat, serta meminta beberapa orang untuk menuliskan wahyu tersebut.

Sahabat-sahabat penulis wahyu itu di antaranya adalah Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan, Ubay bin Kaab, dan lain sebagainya.

Media tulis yang digunakan saat itu adalah pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit bintang, kayu, pelana, potongan tulang binatang, dan lain sebagainya.

Selain langsung dituliskan, banyak sahabat yang langsung menghafalkannya ketika dibacakan oleh Nabi Muhammad SAW.

Karena itulah, pengumpulan Al-quran di masa kenabian ini dikenal dengan dua cara, yaitu melalui tulisan (jam’u fi as-suthur) dan melalui hafalan (jam’u fi ash-shudur).

Berbicara mengenai sejarah turunnya Alquran, surat pertama yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW adalah surat Al-Alaq.

Surat Al-Alaq adalah termasuk dalam surat Makkiyah atau ayat-ayat yang turun sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, surat Al-Alaq merupakan surat ke-96 yang terdiri dari 19 ayat secara keseluruhan.

Berdasarkan sejarah yang sudah banyak diketahui, ayat 1-5 dalam surat Al-Alaq turun pada malam Lailatul Qadar di bulan Ramadan. Kelima ayat dalam surat itu pula merupakan ayat-ayat Al-Quran yang pertama turun dan terjadi saat Nabi Muhammad SAW berdiam diri di Gua Hira.

Peristiwa turunnya surat pertama Alquran itu dikenal sebagai malam Nuzulul Quran yang secara umum diperingati pada malam 17 Ramadan setiap tahunnya yang juga peringatan Nabi Muhammad SAW pertama kali menerima wahyu.

Begini bunyi surat Al-Alaq ayat 1-5.

ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,

خَلَقَ ٱلْإِنسَٰنَ مِنْ عَلَقٍ
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

ٱقْرَأْ وَرَبُّكَ ٱلْأَكْرَمُ
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,

ٱلَّذِى عَلَّمَ بِٱلْقَلَمِ
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,

عَلَّمَ ٱلْإِنسَٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Namun, perlu diketahui bahwa turunnya surat Al-Alaq tersebut secara bertahap selama 23 tahun sebagaimana yang dikutip dari berbagai sumber.

Hal ini pula diperkuat dengan adanya surat Al-Isra ayat 106 yang artinya:

“Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.”

Alquran Setelah Nabi SAW Wafat

Setelah Nabi SAW wafat, maka dipilihlah khalifah-khalifah pengganti beliau. Masa itu dinamakan masa kekhalifahan Rasyidin.

Dan sesudah Rasulullah SAW meninggal dunia banyak perang yang terjadi. Akibatnya banyak sahabat yang syahid di medan perang. Dengan demikian semakin sedikitlah orang penghafal Alquran yang tersisa.

Saat itu para khalifah, dimulai dari Abu Bakar As-Shiddiq hingga Utsman bin Affan merasa perlu untuk mengumpulkan dan membukukan Al-quran menjadi kesatuan yang utuh agar bisa diteruskan ke umat selanjutnya.

Selain itu, mereka juga khawatir Alquran akan bernasib sama seperti kitab-kitab suci lain yang banyak diubah manusia karena telat dibukukan.

Sejarah Pengumpulan dan Pembukuan Alquran

Setelah itu, akhirnya khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan seorang sahabat bernama Zaid bin Tsabit untuk memimpin pengumpulan ayat-ayat Alquran. Zaid Bin Tsabit merupakan salah seorang penulis wahyu di masa kenabian.

Dalam uraian “Sejarah Al-Quran” yang ditulis Cahaya Khaeroni disebutkan bahwa Zaid ibn Tsabit menerapkan empat prinsip dalam proyek pengumpulan Al-quran:

– Ayat yang diterima hanya yang ditulis di hadapan Rasulullah;

– Ayat Alquran ditulis dari hafalan para sahabat;

– Ayat Alquran tidak akan ditulis, kecuali disetujui oleh dua orang saksi bahwa ayat itu pernah ditulis di hadapan Rasulullah; dan-

– Hafalan Alquran para sahabat tidak diterima, kecuali yang telah mereka dengar langsung dari Rasulullah SAW.

Mengumpulkan tentu bukan tugas yang mudah, sehingga membutuhkan waktu yang lumayan lama. Selama mengunpulkaan Alquran, Zaid dibantu oleh banyak sahabat untuk menyelesaikannya. Mereka berupaya mengumpulkan lembaran Al-Quran yang tersebar di berbagai tempat dan media. Lembaran yang sudah terkumpul itu diserahkan kepada Abu Bakar hingga wafat.

Selanjutnya, tugas tersebut dilanjutkan kembali oleh Umar bin Khattab sebagai khalifah setelah Abu Bakar. Setelah Umar meninggal, lembaran Al-Quran yang sudah terkumpul tersebut dijaga oleh Hafshah, istri Utsman bin Affan sekaligus putri Rasulullah.

Usai Al-quran dibukukan, kemudian dilakukan standardisasi di masa khalifah Utsman bin Affan. Termasuk perbedaan dialek (lahjah) kemudian disatukan oleh Utsman agar tidak menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam.

Standarisasi Alquran oleh Utsman bin Affan

Seperti yang diketahui setelah Nabi SAW wafat ada banyak perang dan perselisihaan yang terjadi antara umat Islam. Mereka juga berselisih paham mengenai Alquran.

Menanggapi masalah tersebut, Utsman memutuskan untuk meminta Hafshah membawakan lembaran Al-Quran yang ada padanya. Selanjutnya, Utsman memberikan lembaran tersebut kepada Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Zubair, Ibnu Abbas, dan Abdullah bin Haris untuk menyalin al-Quran tersebut menjadi satu kitab.

Hasil dari salinan tersebutlah yang dikenal sebagai Al-Quran dengan kaidah Rasm Usmani atau Al-Quran yang ditulis dengan gaya penulisan Khalifah Utsman bin Affan. Al-Quran dengan kaidah Rasm Usmani masih terus dipakai sampai saat ini di berbagai belahan dunia.

Demikian ulasan singkat mengenai pengertian Alquran, sejarah, proses pengumpulan hingga pembukuannya. Semoga bermanfaat. (*)