Ahli Laktasi: Anak di Atas Dua Tahun Tak Perlu Minum Susu Formula

Pelayananpublik.id- Susu formula memang menjadi hal yang penting sebagai pengganti ASI. Hingga susu formula pun diproduksi bagi anak usia 0 tahun sampai 5 tahun.

Namun tahukah Anda anak yang berusia di atas 2 tahun tak lagi perlu minum susu formula?

Dokter yang juga konsultan laktasi, Utami Roesli dalam acara Peluncuran Dokumen Bahaya Terselubung Makanan Ultra Proses menyebut anak di atas 2 tahun sudah tidak direkomendasikan untuk mengonsumsi susu formula pertumbuhan.

“Sampai dua tahun memang diperlukan makanan cair. Kalau sudah menyusui sampai dua tahun, kenapa ribut-ribut dua tahun ke atas pakai susu formula?” katanya dikutip dari Merdeka.com.

Ia mengatakan ASI saja sesungguhnya tidak begitu diperlukan lagi setelah dua tahun, namun jika masih bisa dilanjutkan itu lebih baik daripada susu formula.

Utami mengatakan bahwa saat ini banyak produk susu formula yang sudah mengandung gula yang tinggi, sehingga berbahaya bagi kesehatan apabila dikonsumsi terlalu banyak.

Sementara itu, Dian Nurcahyati Hadihardjono dari Helen Keller Indonesia (HKI) juga mengatakan, dalam sebuah studi yang dilakukan HKI, terungkap bahwa hampir semua susu pertumbuhan yang diteliti, mengandung gula atau pemanis tambahan.

“Di sini hanya 2 persen dari yang beredar yang tidak ada tambahan gula atau pemanis. Yang lainnya, hampir 80 persen mengandung sukrosa, bahkan mengandung lebih dari 1 jenis pemanis tambahan,” terangnya.

Data itu dibuat berdasarkan penelitian dari 100 produk susu pertumbuhan yang beredar di berbagai kota di Indonesia antara Januari 2017 hingga Mei 2019.

Adapun, hanya susu pertumbuhan yang berbahan dasar susu sapi saja yang dianalisis, tanpa memasukkan produk berbahan dasar non-susu sapi.

Begitupun, kata dia, susu formula masih dibenarkan menjadi makanan cair tambahan untuk anak, namun bukan untuk diberikan setiap hari.

Ini karena dilihat dengan Nutrient Profiling Model dari Food Standars Agency Inggris, sebagian besar susu pertumbuhan yang diteliti dapat dinilai memiliki profil zat gizi yang masuk kategori “kurang sehat.”

“70 persen masuk ke kategori merah atau kurang sehat dengan gulanya termasuk tinggi,” kata Dian.

Adapun, kategori kurang sehat berarti memiliki kandungan gula tinggi yaitu di atas 11,25 gram/100 ml atau di atas 13,5 gram per porsi.

Dian pun mengatakan bahwa penting bagi seseorang untuk membaca label di kemasan produk susu. Ia menyarankan, apabila memang membutuhkan, carilah produk yang kandungannya hanya susu tanpa tambahan lain.

“Sekali lagi bukan tidak boleh, tetapi tidak diperlukan,” tandasnya. (*)