Pelayananpublik.id- Remaja seringkali menjadi seseorang yang sulit dimengerti. Tindakan dan mood mereka pun kerap membuat orang lain bingung bahkan prihatin.
Di satu sisi, adalah wajar jika remaja mengalami perubahan perilaku, namun jika sampai keterlaluan, maka orangtua harus waspada. Itu karena bisa saja anak remaja mereka terkena gangguan mental depresi.
Ya, depresi merupakan penyakit yang bisa menyerang manusia di segala usia termasuk remaja.
Melansir Klikdokter, menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia Yogyakarta, gangguan depresi berat dialami 3 persen anak usia sekolah, dan 6 persen remaja Indonesia.
Dan jika kondisi depresi terus menerus dibiarkan, bukan tidak mungkin akan berujung pada hal-hal yang sangat tidak diinginkan, seperti gangguan kesehatan yang pada akhirnya menjadi penyebab munculnya keinginan untuk bunuh diri.
Adapun penyebab remaja menjadi depresi adalah sebagai berikut:
1. Kurang Percaya Diri
Rasa kurang percaya diri atau minder seringkali menerpa para remaja. Minder ini bisa berkaitan dengan prestasi sekolah, penampilan, berat badan, dan lainnya.
Rasa percaya diri yang rendah, minder, bahkan rasa tidak mampu bersaing, menjadi penyebab remaja akhirnya stres dan berujung pada depresi.
2. Media sosial
Media sosial saat ini menjadi alat untuk mengekspresikan diri para remaja dengan berbagai ide dan kreasi. Namun media sosial juga bisa membawa pengaruh buruk kepada mental remaja apalagi ketika mereka mengalami cyberbullying.
3. Stres di sekolah
Rasa stres menghadapi kehidupan di sekolah juga memicu depresi. Bukan hanya soal akademis, pergaulan, sikap guru dan hal kecil lain bisa membuat anak stress hingga depresi.
Tanda anak stress di sekolah adalah sangat berat untuk berangkat ke sekolah, tidak ada semangat dan sering membolos.
4. Hubungan percintaan
Meski cinta remaja sering disebut cinta monyet, nyatanya banyak remaja yang berubah jadi labil dan patah hati, seolah dunia berakhir ketika dirinya mengalami masalah percintaan, seperti putus. Bahkan, banyak depresi yang diakibatkan putus cinta bisa berujung pada bunuh diri.
5. Selalu berpikiran negatif
Pikiran negatif tidak hanya terjadi pada orang dewasa, remaja juga bisa saja mengalami kondisi tersebut. Jika pikiran terus-menerus dipenuhi pikiran negatif, apalagi sudah jadi suatu kebiasaan, maka bisa jadi penyebab depresi pada remaja.
6. Genetik
Depresi juga bisa dipengaruhi unsur genetik. Anggota keluarga dekat yang punya riwayat mengalami depresi, meningkatkan risiko anak usia remaja juga terkena mengalami depresi.
7. Faktor Biologis
Tidak hanya faktor genetik, faktor biologis juga dapat menjadi penyebab anak remaja depresi. Kondisi ini dapat terjadi akibat adanya gangguan pada neurotransmitter, atau bahan kimia pada otak manusia.
Terganggunya otak manusia dapat berakibat pada meningkatnya faktor risiko anak remaja mengalami depresi.
8. Keluarga Tidak Harmonis
Pertengkaran orangtua, perpisahan orangtua, dan hal-hal buruk yang dilakukan orangtua bisa membuat anak sedih, kecewa, marah, hingga stress.
9. Trauma masa kecil
Salah satu penyebab depresi pada remaha yang sangat mungkin terjadi, bisa diakibatkan trauma masa kecilnya. Bisa jadi, anak-anak mengalami pelecehan fisik atau emosional, hingga akhirnya berisiko mengalami depresi ketika datang masa remaja. Yang membuat semakin berbahaya, penyebab depresi pada remaja satu ini bisa menjadi pemicu bunuh diri.
Mengatasi Depresi Pada Remaja
Dalam menghadapi depresi pada remaja selalu lebih baik mencegahnya sebelum terjadi daripada mengobatinya. Sebelum remaja anda stress dan depresi lebih baik Anda mulai lebih memperhatikannya sekarang.
Dengarkan apa keinginannya, jangan berikan tekanan berlebih dan dampingi anak selalu. Berikan pengertian kepada mereka tentang kejadian-kejadian buruk yang mungkin terjadi dalam hidup, dalam pernikahan dan lainnya.
Selain itu, jika anak Anda menderita depresi Anda bisa memberikan obat sesuai petunjuk dokter. Adapun obat-obatan yang biasa diberikan pada pasien depresi adalah sebagai berikut.
1. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs): fluoxetine, paroxetine, sertraline.
2. Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs): duloxetine, venlafaxine, desvenlafaxine.
3. Norepinephrine-dopamine reuptake inhibitors (NDRIs): bupropion.
4. Antidepresan atipikal: trazodone, mirtazapine.
5. Antidepresan trisiklik: imipramine, nortriptyline, amitriptyline, doxepin, trimipramine, desipramine.
6. Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs): tranylcypromine, phenelzine, isocarboxazid.
Jika obat sudah diberikan, maka penderita depresi perlu mengikuti psikoterapi yang tujuannya untuk mengatasi depresi, dengan membicarakan mengenai kondisi serta masalah-masalah terkait kepada dokter atau konselor. Biasanya, psikoterapi juga dikenal dengan terapi bicara atau terapi psikologis. (*)