Pelayananpublik.id- Ketika bersekolah dulu, kita sering mendengar para guru berkata agar kita harus rajin belajar serta menuntut ilmu. Karena menuntut ilmu juga diperintahkan Nabi SAW kepada umat Muslim.
Menuntut ilmu juga tidak harus usia muda, karena manusia itu belajar sejak lahir hingga kematian menjemput.
Dalam banyak ceramah agama sering kali salah satu hadis populer disebutkan untuk menguatkan perintah agama tentang menuntut ilmu.
Contoh hadis yang sering terdengar terkait menuntut ilmu adalah:
اطلبوا العلم من المهد الى اللحد
Artinya: Tuntutlah ilmu dari dalam buaian hingga liang lahat.
Kalimat ini sering kali dinilai sebagai hadis atau sabda Rasulullah SAW. Padahal, menurut beberapa sumber, ini bukanlah hadis tapi perkataan orang biasa, sehingga bisa dibilang ini hadis palsu.
Hadis palsu tidak selamanya berisi hal buruk, namun bagaimanapun itu tidak boleh diyakini dan diamalkan sebagai perintah dari Rasulullah SAW.
Syaikh ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah rahimahullah (‘ulama hadits kontemporer, lahir tahun 1336 H dan wafat tahun 1417 H) di kitab beliau Qimah az-Zaman ‘inda al-‘Ulama hal 30 (terbitan Maktab al-Mathbu’at al-Islamiyah, cetakan ke-10) menyatakan:
هذا الكلام : (طلب العلم من المهد الى اللحد) ويحكى أيضا بصيغة (اطلبوا العلم من المهد الى اللحد) : ليس بحديث نبوي ، وإنما هو من كلام الناس ، فلا تجوز إضافته إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم كما يتناقله بعضهم ، إذ لا ينسب إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم إلا ما قاله أو فعله أو أقره.
Artinya: “Perkataan ini, yaitu ‘menuntut ilmu dari buaian sampai ke liang lahad’, dan disampaikan juga dengan ungkapan ‘tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahad’, bukanlah hadits Nabi. Ia hanyalah perkataan manusia biasa, dan tidak boleh menyandarkannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang.
Tidak ada yang boleh dinisbahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali perkataan, perbuatan dan persetujuan beliau.”
Diceritakan juga bahwa Syaikh Ibn Baz rahimahullah dalam sebuah kajian beliau pernah menyatakan status hadits ini, yaitu ليس له أصل, tidak ada asalnya.
Syaikh ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah rahimahullah menyatakan bahwa ungkapan اطلبوا العلم من المهد الى اللحد ini maknanya benar, namun yang tidak boleh adalah menisbahkannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Pun tidak ada satu kitab hadis yang mencantumkan hadis tersebut, baik kitab hadis induk yang disebut “Al-Kutub Al Sittah”–yaitu 6 kitab yang menghimpun hadis-hadis Rasulullah yang terdiri dari Shohih Bukhari dan Muslim, Sunan Abi Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Nasa’i–maupun “al-kutub at-tis’ah”–yaitu 9 kitab induk hadis yang terdiri dari al-kutub as-sittah ditambah al-Muwatho Imam Malik, Musnad Imam Ahmad dan Sunan Ad-Darimy.
Bahkan, bukan hanya di kitab-kitab hadis induk. Ungkapan yang diklaim sebagai hadis Nabi di atas sama sekali tidak terdapat pula dalam puluhan kita-kitab hadis lain yang mencakup berbagai kitab Al-Jawami’, kitab-kitab Sunan, Musnad, Al-Majami’, Al-Muwatho’, kitab-kitab al-ilal was su’alat, sampai kitab-kitab muskyilat wa ghoroibul hadis dan takhrij al-ahadits. Hal ini disimpulkan setelah dilakukan pencarian “searching” dan penelitian (takhrij) dengan bantuan Program al-Maktabah asy-Syamilah al-Ishdar 3.32.
Hadis, atau tepatnya ungkapan di atas, hanya ditemukan dalam Kitab Kasyf adz-Dzunun karya Musthofa bin Abdullah (1/52) tanpa penyebutan sanad periwayatannya. Juga Kitab Abjad al-‘ilmi tulisan Muhammad Shiddiq Hasan Khan al-Qanuji yang juga tanpa menyebutkan sanadnya dan bahkan tanpa menyatakannya sebagai hadis Nabi SAW.
Tuntut Ilmu ke Negeri China?
Lalu bagaimana dengan Hadis yang memerintahkan umat Muslim untuk belajar sampai ke negeri China?
Nah, dari beberapa sumber hadis tersebut adalah hadis dhaif alias lemah. Namun hadis dhaif masih bisa diamalkan, bukan seperti hadis palsu yang harus diinkari.
Ustadz Abdul Somad (UAS) dalam sebuah ceramah mengatakan kalau hadis yang berbunyi:
حديث: اطلبوا العلم ولو بالصين،
Yang artinya: Tuntutlah ilmu walau ke negeri China, adalah hadis dhaif (lemah).
“Apakah shahih hadis tuntutlah ilmu ke negeri China? Hadisnya dhaif, karena ada salahsatu periwayatnya yang dhaif. Adapun yang mengatakan hadis ini palsu diambil dari Al Maudhu’at tidak betul, hadis ini dhaif. Kalau dhaif masih bisa diamalkan, dipakai ceramah, kalau palsu sama sekali tidak boleh,” kata UAS menjawab pertanyaan umatnya.
Senada dengan UAS, Ustad Oemar Mita juga mengatakan hadis itu dhaif bukan palsu. Dalam salahsatu ceramahnya ia menjelaskan bahwa hadis itu lemah, namun masih bisa diamalkan.
Imam Muhammad ibn ‘Abdirrahman as-Sakhawi rahimahullah dalam kitab beliau al-Maqasid al-Hasanah (1/121) menyatakan:
حديث: اطلبوا العلم ولو بالصين، فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم، البيهقي في الشعب، والخطيب في الرحلة وغيرها، وابن عبد البر في جامع العلم، والديلمي، كلهم من حديث أبي عاتكة طريف بن سلمان، وابن عبد البر وحده من حديث عبيد بن محمد عن ابن عيينة عن الزهري كلاهما عن أنس مرفوعا به، وهو ضعيف من الوجهين، بل قال ابن حبان: إنه باطل لا أصل له، وذكره ابن الجوزي في الموضوعات، وستأتي الجملة الثانية في الطاء معزوة لابن ماجه وغيره مع بيان حكمها.
Artinya: “Hadits ‘tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim’ disebutkan oleh al-Baihaqi dalam asy-Syu’ab, al-Khathib dalam ar-Rihlah dan selainnya, Ibn ‘Abdil Barr di Jami al-‘Ilm, dan ad-Dailami.
Seluruhnya meriwayatkan dari Abi ‘Atikah Tharib ibn Salman, dan Ibn ‘Abdil Barr sendiri meriwayatkan dari ‘Ubaid ibn Muhammad dari Ibn ‘Uyainah dan az-Zuhri. Keduanya dari Anas secara marfu’.
Demikian penjelasan mengenai status hadis populer tentang menuntut ilmu. Semoga menambah wawasan Anda. (*)