Siapakah Si Fulan dan Mengapa Sering Disebut Dalam Berbagai Cerita dan Ceramah?

Pelayananpublik.id- Jika Anda sering menyimak diskusi dan cerita-cerita di media sosial, mungkin Anda akan menemukan kata Fulan, Fulana atau Fulan Bin Fulan.

Arti kata fulan menurut KBBI adalah polan. Si Polan juga merujuk pada nama orang yang tidak dirincikan identitasnya. Dalam bahasa Indonesia juga sering disebut “Si Anu”, untuk menyebutkan orang tanpa bermaksud menjelaskan identitasnya.

Fulan biasanya digunakan untuk menyebut nama orang laki-laki dan Fulana perempuan.

bank sumut selamat hari raya idul fitri

Nah, Fulan ini memang sering muncul dalam cerita-cerita khususnya yang Islami. Fulan diperuntukkan kepada orang yang namanya tidak disebutkan. Dalam sebuah cerita daripada menyebut nama misalnya Amir Bin Salman, orang kadang lebih suka membuat Fulan Bin Fulan.

Dengan demikian cerita tersebut tidak mengarah ke seseorang ke daerah atau kaum tertentu.

Misalnya dalam kisah berikut ini:

Kisah si Fulan dan Malaikat Izrail

Ada seorang hamba yang begitu taat kepada Tuhan. Sebut saja namanya Fulan. Fulan sangat rajin beribadah. Pendeknya, Fulan ini tak pernah lalai sekalu pun kepada Allah SWT’

Suatu hari ada yang bertemu ke rumah Fulan. Betapa kaget Fulan ketika mengetahui siapa gerangan yang datang bertamu. Tamu itu ternyata Izrail, malaikat pencabut nyawa. Terjadilah tanya jawab antara Fulan dengan tamunya itu.

“Wahai sahabatku, Izrail! Apakah perihal kedatanganmu ke mari adalah atas perintah Tuhan untuk mencbut nyawaku, ataukah hanya kunjungan biasa?”
“Ya, Fulan sahabatku! Kedatanganku kali ini tidak dalam rangka mencabut nyawamu. Kedatanganku ini hanya kunjungan biasa. Kunjungan seorang sahabat kepada sahabatnya.”

Mendengar penjelasan Izrail, maka seketika bersinarlah wajah Fulan karena gembiranya. Mereka lalu berckap-cakap sampai tiba saatnya Izrail akan pamit.

“Wahai sahabatku, Izrail! Sebagai tanda persahabatan kita, aku ada harapan kepadamu kiranya engkau tidak berkeberatan untuk mengabulkannya.”

“Gerangan apakah permohonanmu itu, hai Fulan sahabatku?”

“Begini, ya Izrail. Jika nanti kau datang lagi kepadaku dengan maksud untuk mencabut nyawaku, maka mohon kiranya engkau mau mengirimkan seorang utusan kepadaku terlebih dahulu. Jika demikian, maka aku ada waktu untuk bersiap-siap menyambut kedatanganmu.”

“Oh, begitu? Hai, Fulan, kalau hanya itu permohonanmu, aku kabulkan. Aku berjanji akan mengirimkan utusan itu kepadamu.

Gembiralah Fulan menerima janji Izrail. Rupanya Izrail ini berbaik hati mau mengabulkan harapanku, demikian pikir Fulan.

Demikian kisahnya, waktu pun berjalan. Tahun berganti tahun. Tak terasa bahwa pertemuan antara Fulan dengan Izrail telah sekian lama berlalu. Kehidupan berlangsung tersus sampai suatu ketika Fulan kaget sekali.

Tak disangka-sangka sebelumnya Izrail muncul di rumahnya. Fulan merasa bahwa kedatangan Izrail ini begitu mendadak, padahal ada komitmen janji Izrail kepadanya.

“Wahai, Izrail sahabatku! Mengapa engkau tak mengirimkan utusanmu kepadaku? Mengapa engkau ingkar janji?”

Dengan tersenyum, Izrail menjawab, “Wahai Fulan, sahabatku! Sesungguhnya aku sudah mengirimkan utusanku itu kepadamu, hanya kamu sendiri yang mungkin tidak menyadarinya. Coba perhatikan punggungmu, dulu ia tegak tetapi sekarang bungkuk. Perhatikan caramu berjalan, dulu kamu begitu tegap perkasa, sekarang gemetaran dengan ditopang tongkat. Perhatikan penglihatanmu, dulu ia bersinar sehingga orang luluh kena sorotnya tetapi sekarang kabur dan lemah. Ya, Fulan, bukankah pikiran-pikiranmu sekarang mudah putus asa padahal ia dulu begitu enerjik dan penuh berbagai harapan? Tempo hari kamu hanya menginginkan seorang utusan saja dariku, tetapi aku telah mengirimkan begitu banyak utusanku kepadamu!”

Dalam penggalan cerita di atas tergambar bahwa si Fulan bukanlah merujuk pada orang tertentu yang benar-benar ada dan jelas identitasnya.
Si Fulan yang dimaksud ini bisa saja ada atau hanya ada dalam cerita belaka. Begitupun, poin penting dalam cerita itu bukanlah di Fulannya, tapi adalah tanda-tanda ajal manusia yang diberikan oleh Allah SWT.

Fulan Ada Dalam Alquran

Jika dikaji lebih dalam mengapa Fulan ini sering disebut dalam cerita Islami, mungkin karena adanya ayat Alquran yang menyebutnya. yakni dalam surat Al Furqon ayat 28 yang artinya:

“Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si Fulan itu teman akrab(ku)” (Referensi: https://tafsirweb.com/6284-surat-al-furqan-ayat-28.html).

Nah, dalam ayat itu disebutkan penyesalan seseorang yang berteman dengan orang kafir. Namun siapa identitas orang kafir itu tidak disebutkan maka Alquran menyebutnya si Fulan.

Nah, ada beberapa kemungkinan terkait terjemahan Si Fulan ini dalam Bahasa Arab:

1. kata asal : kitab-kitab suci yang terdahulu (lebih dahulu dari alquran) telah menggunakan kata Fulan ini. Sehingga kata Fulan ini lebih dimaknai sebagai kata yang bukan berasal dari bahasa arab, tapi telah dijadikan sebagai kata baku yang digunakan pada kitab-kitab suci sebelumnya.

2. nama orang : kata Fulan merupakan nama orang yang disebuatkan dalam alquran

3. jenis kata untuk nama : kata Fulan ini merupakan jenis kata yang tidak ada tasrifannya, karena kata ini lebih mewakili untuk menerangkan nama.

Demikian ulasan mengenai siapa Fulan dan mengapa sering muncul dalam cerita Islami. Semoga bermanfaat. (Nur Fatimah)