Pelayananpublik.id- Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak nada yang bisa didengar. Mulai dari nada sederhana hingga musik yang bernada kompleks.
Nada muncul dari berbagai media terdengar setiap harinya. Sehingga manusia tak asing dalam mendengarnya.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) nada artinya tinggi rendahnya bunyi (dalam lagu, musik, dan sebagainya.
Arti lainnya adalah ungkapan keadaan jiwa atau suasana hati; makna yang tersembunyi dalam ucapan dan sebagainya; sikap.
Jika berbicara nada, maka Anda tentu mengingat nada do re mi fa sol la si do. Itu merupakan nada dasar dalam notasi musik.
Lalu dari mana tangga nada itu berasal. Simak asal-usulnya dalam artikel ini.
Asal-usul Tangga Nada
Awal mula ditemukannya tangga nada adalah tahun 1.400 SM di Ugarit. Di sana ditemukan beberapa tulisan persegi yang menyanyikan lagu-lagu dalam bhs Huri, disertai sejenis notasi, tetapi tidak berhasil untuk di tiru atau di nyanyikan ulang.
Di sana orang-orang mulai membuat notasi-notasi baku untuk musik agar ada keseragaman.
Dengan tidak adanya notasi musik yang dibakukan ataupun yang bisa ditulis, kita tidak akan bisa menyebar luaskan satu karya musik ataupun mewariskannya ke generasi penerus.
Karena adanya notasi musik inilah, maka hingga saat ini kita masih bisa tetap menikmati hasil karya dari Bach, Mozart maupun Beethoven.
Nah, pada abad ke sebelas (995-1050) seorang rahib dari ordo Benediktin yang bernama Guido dari Arezzo berusaha mengajarkan kepada siswa-siswinya untuk menghafal nada2 dari c-d-e-f-g-a.
Karena ia sudah hafal dan sudah akrab di telinganya dengan “Ut Queant Laxis”, lagu Kristen mengenai rasul Yohanes, maka ia menciptakan alat mnemonis yakni:
– UT-queant laxis
– RE-sonare fibris
– MI-re gestorum
– FA-muli tuorum
– SOL-ve pollutis
– LA-biis reatum
– Sancte Iohannes
Notasi ini yang sekarang dikenal dengan do re mi fa sol la si.
Suku kata asli dari kata2 ke enam ungkapan ini telah bisa dijadikan nama nada: ut, te, mi, fa, sol, la.
Hingga saat ini kita masih menggunakan sistem ini, hanya untuk kata UT telah dirobah menjadi DO dan setelah La masih ada tambahan Si.
Karena notasi yang dibuat Guido kini umat manusia sekarang ini bisa memiliki harta simpanan yang sangat besar berupa ratusan ribu karya musik mulai dari karya musik yang berat, sampai ke lagu2 yang sederhana sampai dengan simfoni2 yang rumit.
Melalui notasi ini pulalah, musik mulai bisa ditulis dan diajarkan dari lembaran musik, teori musik pun bisa di ikuti melalui notasi dengan mana lebih mudah untuk mempelajari sebuah lagu maupun intrument dari musik, dan mulai saat itu pula polifoni (lebih dari satu irama yang bisa dimainkan bersamaan) begitu juga dengan menciptakan keharmonian dalam nada musik maupun lagu.
Buta Nada
Begitupun ternyata ada orang yang buta nada loh. Orang yang buta nada biasanya tidak menyukai lantunan musik dan suara-suara nada. Atau tidak bisa menyanyikan lagu sesuai nada dan mereka tidak menyadarinya.
Professor Bill Thompson dari Macquarie University mengatakan buta nada adalah istilah awam dan digunakan bebas untuk mengartikan mereka memiliki kesulitan bernyanyi.
Tetapi, menurut Prof. Thompson, kemungkinan dengan sedikit pelatihan mereka akan percaya diri membawakan sebuah lagu.
Pada dasarnya orang yang menderita buta nada memiliki kondisi yang disebut congenital amusia, yang membuat sulit untuk menyanyi dengan nada yang benar.
Orang seperti ini tidak sadar ketika mereka bernyanyi tidak sesuai nada, yang bisa membawa mereka pada situasi yang memalukan.
“Mereka kemungkinakan menjadi orang yang bernyanyi paling keras suaranya di paduan suara, nada suaranya sangat rendah dan menikmati dirinya sendiri dan tidak menyadari kalau dirinya keluar dari nada,” katanya.
Congenital amusia tampaknya disebabkan kesalahan pada otak dalam membedakan antara perbedaan kecil dalam tinggi nada.
Tapi pada beberapa orang masalahnya sebenarnya justru adanya ketidaksambungan antara bagian-bagian otak yang mengambil suara dan bagian dari otak yang memahaminya.
Amusia adalah gangguan dalam memproduksi dan mendengarkan tinggi nada, mengingat anda harus mendengar untuk dapat memproduksi suara yang benar.
Orang mengira mereka tidak bisa menyanyi bukan selalu karena gangguan amusia, tapi mungkin mereka hanya butuh pelatihan. Misalnya bagaimana menghasilkan suara dengan benar, atau -yang kurang umum- perlu mengikuti terapi pendengaran.
Istilah Tentang Nada
– Ritme: pengulangan secara terus menerus dan teratur dari suatu unsur atau beberapa unsur.
– Melodi: rangkaian sejumlah nada yang berdasarkan pada perbedaan tinggi rendah dan naik turun.
– Harmoni: keselarasan paduan bunyi. Sebuah harmoni meliputi susunan, peranan, dan hubungan dari sebuah paduan bunyi dengan bentuk keseluruhan.
– Tempo: cepat atau lambatnya sebuah lagu. Ukuran dari sebuah tempo adalah beat. Beat sendiri dapat diartikan sebagai ketukan dasar yang menunjukan banyaknya ketukan dalam satu menit.
– Dinamik: keras lembutnya suatu lagu serta perubahannya.
– Tangga Nada: urutan nada yang disusun secara berurutan. Tangga nada terbagi ke dalam dua jenis yakni tangga nada diatonis dan tangga nada pentatonis.
Contoh Tangga Nada : do, re, mi, fa , sol, la, si do.
– Tanda Kunci: tanda yang digunakan pada garis pranada yang digunakan untuk menunjukan letak titik nada. Tanda kunci dibagi menjadi 3 yakni Kunci G, Kunci C dan Kunci F.
Demikian ulasan mengenai nada, asal-usul nada, dan istilah terkait nada. Semoga bermanfaat. (Nur Fatimah)