Fakta Sebenarnya Penyebab Kerusuhan Wamena yang Tewaskan 33 Orang

Pelayananpublik.id –  Hingga kini, Pemerintah Republik Indonesia menyatakan sebanyak 33 orang tewas akibat kerusuhan di Wamena, Papua pada Senin (23/9/2019) lalu.

Lantas apakah yang sebenarnya terjadi hingga massa tega membunuh orang yang sebagian besar merupakan warga pendatang atau perantauan tersebut.

Kapolri, Jenderal Muhammad Tito Karnavian bersama Menkopolhukam dan Panglima TNI saat konferensi pers di Jakarta, Selasa (24/9/2019) lalu memberikan penjelasan sebagai berikut.

Kejadian tersebut bermula ketika massa terprovokasi atas isu yang berkembang di lingkungan salah satu sekolah tingkat SMA di Wamena pada Senin (23/9/2019).

Isu tersebut bahwa ada seorang guru yang menghina seorang murid dengan rasial. Isu itu langsung berkembang dan disebarkan ke luar lingkungan sekolah hingga memicu kerusuhan.

Berikut penjelasan lengkap Jenderal Tito terkait kasus tersebut.

“Ada isu bahwa seorang guru yang sedang mengajar menyampaikan kalau berbicara keras. Terdengar oleh murid ini kera. Sehingga muncul lagi menyampaikan kepada temannya. Mohon maaf sekali lagi, saya dikatakan oleh guru tadi monyet. Padahal yang dimaksud jangan berbicara keras. Tapi mungkin tone dari logat papua kadang sedikit agak berbeda dari tempat lain. Kedengar S-nya lemah. Sebetulnya masih kita selidiki benar atau tidak peristiwa itu,” terang Jenderal Tito.

Polri mendapat informasi bahwa ada kelompok dari underbow KNPB yang menggunakan seragam SMA. Mereka yang menyebarkan isu bahwa ada guru yang bersikap rasisme yang mengatakan kata-kata tidak pantas tersebut yang menyentuh dan melukai hati.

“Ini tidak benar dan belum tentu benar. Isu sudah terlanjur menyebar kemudian kelompok yang tadi KNPB dan underbow bergabung memprovokasi anak-anak pelajar SMA sehingga akhirnya mereka berkumpul bergabung dan kemudian petugas datang dari Polres dan Kodim menenangkan mereka. Tapi massa sudah terlanjur besar sekitar dua ribuan lebih kemudian melakukan aksi anarkis. Ada yang melempar batu ke toko yang ada sekitar. Terutama milik warga papua pendatang,” tambahnya.

Massa membakar kantor bupati, merusak fasilitas lainnya termasuk mobil dan sepeda motor dibakar.

“Dan melakukan kekerasan yang mematikan kepada terutama masyarakat papua pendatang, jadi setelah itu petugas yang ada di sana TNI dan Polri berusaha menenangkan dan mengendalikan mereka, sejumlah orang ada yang ditangkap dan diamankan,” ujar Jenderal Tito.

Peristiwa itu berlanjut sampai kira-kira jam 3 sore. Mulai isu hoaksnya pukul 7.30 sampai dengan jam 15.00, lebih kurang 8 jam. Ada ruko yang dibakar.

“Masyarakat pendatang yang meninggal terutama luka bacok dan akibat terbakar didalam rumahnya yang dibakar. Kemudian 4 orang warga papua asli ada yang meninggal. Yang terluka 66 orang. Ini yang kita sangat sayangkan terhadap mereka yang meninggal tentu kita. Ada yang profesi tukang ojek ada yang bekerja di restoran. Masih banyak pendatang yang mereka mengungsi di kantor kodim, polres di kantor aparat keamanan yang ada di sana. Kita berusaha menjamin dulu dengan menambah personel di sana,” pungkas Jenderal Tito.

Hingga kini belum diketahui nasib guru yang diisukan telah mengatakan hal yang menyakiti hati pelajar tersebut. Polisi juga masih menyelidiki siapa orang yang telah menyebarkan isu dan memprovokasi warga tersebut.

Daftar Nama dan Umur Korban Masih Balita