Membahagiakan istri merupakan kewajiban para suami. Karena sumber cahaya rumah adalah kebahagiaan istri. Jika istri tidak bahagia, bagaimana ia bisa mengurus rumah dengan baik. Bagaimana ia bisa mengasihi anak-anaknya dengan penuh kasih sayang jika dirinya sendiri tidak bahagia.
Kebahagiaan istri tentu saja bisa berasal dari beragam hal, perhatian, kasih sayang, dan juga hadiah. Sebagai istri kamu berhak meminta itu dari suamimu.
Namun tak sedikit juga permintaan istri yang membuat petaka bagi suami. Yakni istri yang hanya ingin hadiah tanpa mengerti kewajibannya sendiri.
Ia menuntut terus dibahagiakan, tapi tak pernah melihat peluh suaminya yang bercucuran sepulang kerja. Bahkan menyajikan teh atau kopi saja harus diminta terlebih dahulu.
Suami Punya Kewajiban Membahagiakan Istri dan Sebaliknya
Jika suami punya kewajiban membahagiakan istri, maka sebaliknya istri juga punya kewajiban melayani suami, menciptakan lingkungan nyaman di rumah.
Bayangkan suami pulang kerja dengan lelah yang didapatinya rumah berantakan, makanan tidak ada, bahkan tak ada yang menegur dan menyambutnya ketika ia datang. Seketika rumah bukanlah tempat yang nyaman dan melepas lelah baginya.
Sebaliknya, sambutlah suamimu di pintu ketika pulang kerja. Bukakan sepatunya, tanya apakah ia lapar atau tidak. Berikah teh atau kopi layaknya kamu menerima tamu-tamu di rumahmu. Temani saat ia makan dan siapkan air mandinya.
Niscaya apapun hadiah yang kamu minta akan dia berikan.
Mintalah Hadiah yang Wajar, Jangan Sampai Membebani Pikiran Suami
Terkadang laki-laki ingin tetap menunjukkan bahwa ia sanggup membahagiakan istrinya dengan memberi segala yang ia minta, hadiah, uang, jalan-jalan dan lainnya.
Namun itu seringkali membuatnya terjebak pada hutang dan akan kesulitan keuangan. Namun, daripada menolak dan akan memperoleh komentar nyinyir, ia tetap akan melakukannya. Dengan demikian si istri akan bahagia.
Jika tidak dipenuhi maka permintaan itu akan terus diulang-ulang hingga menjadi suara sumbang yang ia dengar setiap hari di rumah. Apalagi istri mulai membandingkan kebahagiaannya saat sebelum menikah setelah sudah menikah. Karena setelah menikah ia bahkan tak bisa membeli kosmetik kesukaannya. Percayalah, itu menyakitkan.
Membandingkan Rezeki Suami dengan Orang Lain
Hal menyakitkan lainnya yang bisa terjadi tanpa kamu sadari adalah saat kamu membandingkan rezekinya dengan orang lain.
Teman satu kuliahmu mungkin bisa tiap bulan jalan-jalan dengan suami dan anaknya. Mereka juga kerap makan makanan mewah dan tak lupa pula mereka mempostingnya di media sosial.
Padahal saat kuliah hidupmu lebih glamor daripada dia. Namun saat menikah kamu bahkan tidak bisa sekalipun makan di cafe mewah seperti mereka.
Tentu kamu sangat kesal dan ingin juga seperti mereka lalu menuntutnya ke suamimu. Dan membanding-bandingkan kehidupanmu dengan temanmu di hadapannya.
“Makanya cari kerja yang gajinya gedean sedikit, biar gak pas-pasan,” itulah kalimat menyakitkan yang mungkin tidak kamu sadari.
Akibatnya, suamimu akan merasa semua jerih payahnya sia-sia dan tak pernah cukup bagimu. Semua tetes keringatnya seperti tidak dihargai.
Bukan sekedar sakit hati, banyak suami-suami yang terjebak korupsi karna permintaan istrinya di rumah terlalu banyak. Istrinya menuntut hal yang melebihi kemampuan gaji suaminya.
Makanya tak sedikit istri koruptor ikut terlibat menerima aliran dana kotor itu.
Itulah mengapa kamu sebagai istri tidak boleh menuntut hal yang terlalu muluk-muluk kepada suamimu.